Setelah Aka yakin bahwa dia bisa melewati ini semua karena ada Tetsu disampingnya. Aka tak peduli lagi pada yang lainnya, suaminya, juga Kuro. Aka bisa bersama lagi dengan Tetsu ketika mereka kembali lagi ke Kota Kayu untuk melanjutkan proyek mereka. Hanya seminggu lagi mereka akan mengadakan konser, dan 4 hari untuk memantapkan latihan.
Tetsu dan Aka mencari hotel sendiri. Mereka pikir, melakukan ini pun tak apa-apa, karena tak akan ada seorangpun yang curiga, partner-partner mereka. Mereka sangat tahu siapa Tetsu dan juga Aka. Hotelnya agak jauh dari hotel tempat Ari dan beberapa teman menginap. Tetsu dan Aka memutuskan untuk menginap di hotel itu, tanpa tahu bahaya apa yang sedang mengintainya yang akan menghancurkan lagi apa yang akan mereka putuskan nantinya.
“Tetsu, apa ini akan berakhir bahagia dengan hanya aku dan kamu..?? cinta aku dan kamu..??” Aka menerawang jauh keluar jendela dari lantai 11, matanya terfokus pada air mancur di tengah jalan yang besar dan bersinar.
Sementara Tetsu, bertelanjang dada sedang menyetel Zon bass-nya, tadinya serius, tapi sekarang pikirannya jadi tertuju pada kata-kata Aka. Tetsu beranjak dan menyimpan bass warna putih itu di tempatnya di sebelah pintu kamar mandi. Dia menghampiri Aka yang masih fokus pada kehidupan di luar hotel ini.
Tetsu memeluk Aka dari belakang dan menciumi lehernya, “kamu harus yakin kalau ini akan berakhir.. entah…” Tetsu memotong kata-katanya untuk mengambil nafas terlebih dahulu.
“entah apa..??” tanya Aka, dia berbalik menghadap muka Tetsu, “..entah kamu sama aku atau sama Kuro..! gitu..??” tampak kekesalan di wajahnya.
Tetsu menarik nafas lebih panjang lagi dengan masih menatapi mata coklat Aka, begitu berbeda dengan Kuro yang warna matanya hitam legam bisa menjadi cerminan Tetsu selama ini, “iya..” jawab Tetsu akhirnya, “..ini akan berakhir, dan aku harap aku bisa punya keberanian untuk meyakini bahwa di garis finish nanti Cuma ada kamu..”
Tetsu menarik Aka ke dekatnya, hingga tubuh mereka tak berjarak 1 inci pun. Aka tak bisa mengelak lagi. Tetsu sudah mendekapnya begitu erat, Aka terjebak antara Tetsu dan jendela. Tetsu sudah mengunci kaki Aka yang nude. Tetsu mulai menjamah bagian atas Aka dari pelipis, pipi, telinga, leher sampai dada. Segala yang menghalangi, Tetsu singkirkan, termasuk kancing piyama Aka, dia buka satu persatu sambil mencumbu bibir Aka begitu dalam. Sensasi per sensasi mereka rasakan berdua. Apa ini bukan cinta namanya, kalau bukan, mengapa bisa seenak ini dan bisa senyaman ini..?
Setelah beberapa waktu lalu kasur itu menanjak-anjak, Tetsu dan Aka berpeluh begitu banyak diatasnya. Mereka tak mendengar suara apa-apa lagi, hanya ada deru nafas mereka yang begitu terpacu. Aka masih belum bisa memuaskan dirinya sendiri, Tetsu yang terkulai di sebelahnya, berkeringat, membuatnya tak bisa menahan keajaiban dalam diri Tetsu yang menariknya ke dalam angan yang nyata dan indah.
Aka naik ke atas tubuh Tetsu, mencumbu mulai dari bibirnya yang kecil, “Tetsu.. sekali lagi, boleh..??” pinta Aka dengan seductive eye¬-nya.
Tetsu mengibaskan tangannya, “aku mau..” kata Tetsu dengan nafas terengah-engah, “..tapi, aku gak bisa gerak lagi.. sekarang terserah kamu..!!”
Aka menegakkan badannya dan mulai memberi rangsangan pada bagian sensitif Tetsu, “give it to me..” katanya.
Dan mereka melakukan itu sepanjang malam, Tetsu pun akhirnya tak bisa lama-lama menahan perasaan inginnya. Ingin memeluk Aka, mencium bibirnya dan merasakan semua cumbuannya.
Siang ini, Aka dan Tetsu sedang dalam perjalanan menuju hall concert terkenal di pinggiran ibu kota. Hall concert itu selalu dipakai oleh band-band papan atas untuk konser, dan sekarang dipakai oleh para bassis yang mengadakan suatu proyek besar-besaran, melibatkan 50 orang pemain bass dan 30 orang pemain musik lainnya. Mereka membawakan beberapa lagu hits dari dalam dan luar negeri.
Aka dan Tetsu sampai juga ke tempat yang bisa menampung 50.000 orang itu. Disana sudah menunggu beberapa pengikut acara. Pementasan ini pasti akan menarik perhatian semua kalangan yang mau menikmati, karena pementasan seperti ini begitu jarang dilakukan.
Aka melihat spanduk yang terpasang di backstage. Disana tertulis “Rhytm Of Thump, Play Music Swing It Together”
“ini keren..” tiba-tiba sebuah suara familiar bergema di telinganya. Aka berbalik ke arah suara itu, dan Hyde ada disana. Suami yang tak ditemuinya selama 4 hari, suami yang dilupakannya selama 4 malam.
Aka begitu kaget dengan kehadiran Hyde disini, “hei.. ngapain disini..??”
“aku kebetulan lewat, ternyata di backstage udah banyak orang, jadi aku cari kamu.. mana Tetsu..??”
Sementara itu, Tetsu melihat Aka sedang bicara berdua dengan seseorang tapi tak terlihat, jadi dia memanggilnya, “cinta…” baru setelah dia mendekat, ternyata itu Hyde.
Tetsu dan Aka mati berdiri, melihat Hyde yang heran dengan kata ‘cinta’ tadi. Aka merasa lemas dan ingin mengubur dirinya sendiri sekarang juga, come on.. think smart..!!
“eeuh.. lagu pertama gak jadi lagu Cinta.. Aka..!” kata Tetsu berusaha mengelak, semoga Hyde tidak menyadarinya, “hei.. Hyde-sama, tahu darimana kita udah disini..??” Tetsu bersikap bersahabat pada Hyde. Personil dari band yang dia dirikan selama 7 tahun dan seorang teman yang mau diajak susah maupun senang juga percaya satu sama lain selama lebih dari 7 tahun.
“gue.. kebetulan aja lewat, ternyata kalian udah ada disini.. hehe, sebenernya kejutan sih..” canda Hyde.
Tetsu hanya tertawa kecil. Dia ingin segera pergi lagi dari hadapan Hyde, kalau emosinya tidak mau keluar sekarang juga. Dan akhirnya Aka memberinya peluang.
“Tetsu.. boleh kita keluar sebentar..?” pinta Aka dengan lemas, membuat Hyde agak cemas lagi kepadanya.
Dengan berat hati Tetsu menajwab, “sure..” nadanya datar.
Aka langsung menarik tangan Hyde untuk keluar, “kamu gak apa-apa..?” tanya Hyde sambil berjalan dan merangkul pundak Aka.
Aka tersenyum lebar dan membalas rangkulan Hyde dengan merangkul pinggangnya lagi, “aku gak apa-apa sayang.. stop cemasin aku deh.. kamu nih ya, orangnya parno-an mulu..” kata Aka sambil mencubit hidung Hyde.
Tetsu merelakan semua itu. Dia merasa rela. Begitu rela. Begitu rela sampai dia rela buta sekarang juga agar tak ada lagi pandangan seperti ini yang bisa dia tangkap. Tapi, melihat Hyde sebegitu relanya datang kesini untuk menemui Aka, Tetsu jadi ingat akan Kuro. Dia seringkali menemui Kuro kalau ada kesempatan dimanapun Kuro manggung, sama seperti Hyde. Rasa rindu Tetsu pada Kuro seperti rasa rindu pada ibunya sendiri, karena Kuro merubahnya jadi lebih dewasa dalam menghadapi banyak hal. Kuro adalah pacar yang baik, istri yang baik dan akan menjadi ibu yang baik nantinya, selalu.
Tak terasa, Tetsu sudah bersandar di tembok selama 15 menit, di tempat dimana dia melepas Aka pergi bersama Hyde tadi. Sampai dia melihat orang berlalu-lalang di depannya membawa property.
“Tetsu-sama..??” panggil seseorang dari jauh. Tetsu meliriknya, suaranya familiar, Hiroshi, manajer Ciel.
“aa.. Hiroshi.. pagi..!!” sapa Tetsu.
“pagi..??” Hiroshi kebingungan, “ini udah jam 1 siang.. Tetsu..!”
Tetsu tercengang, dia melihat jam tangannya, “oh ya.. maaf..” Tetsu garuk-garuk kepalanya sendiri, “sama siapa kesini..??”
“Asaki-chan.. dan kru, tentunya..” jawabnya terbata.
Tetsu kaget lagi, “Asaki-chan..?? kamu berani jemput dia..?”
Asaki adalah co-produser Ciel dan didaulat untuk jadi manajer Sexy semenjak Sexy masuk label yang sama dengan Ciel. Sementara Hiroshi adalah mantan pacarnya 2 tahun lalu. Asaki dulunya humas di label Ciel, makanya dia dan Hiroshi cukup dekat, tapi setelah Asaki jadi co-produser Ciel, Asaki agak jauh dari Hiroshi dan mereka putus, dan sekarang ketika mereka sama-sama jadi manajer, mereka dekat kembali.
“enggak..enggak..” Hiroshi mengibas-ngibaskan kedua tangannya di depan Tetsu, agak salah tingkah, “…saya kesini sama kru, kebetulan stylishnya Cuma satu, kamu yang minta kan..!?”
“iya..iya.. sekarang dimana dia..??” Tetsu tersenyum licik.
“ketemu Aka dan Hyde-sama di depan.. emh.. Aka-chan kok nangis ya..??”
Tetsu tercengang, menghentikan senyumannya. Kenapa Aka bisa nangis, tadi dia disini baik-baik saja. Hati Tetsu ingin sekali menemui Aka, tapi disana ada Hyde, pasti lebih bisa mengatasi hati Aka. Tetsu benar-benar dillema, berat untuk melangkah, “eeh.. gak tahu..” katanya sambil mengajak Hiroshi ke ruang ganti.
Aka dan Tetsu sedang peregangan terakhir bersama dengan bass-nya masing-masing tepat di belakang panggung untuk pembukaan beberapa saat lagi. Sebab Aka menangis tadi di depan Hyde, masih terngiang-ngiang di pikiran Tetsu. Apalagi karena setelah Aka datang kepadanya, tak sedikitpun tanda-tanda kesedihan di wajah Aka. Saat ini pun, Aka malah bercanda dengan pemain-pemain yang lain. Pikirannya jadi melayang kemana-mana, dari dia yang tak pantas untuk Aka, sampai dia yang tak berhak sedikitpun mengetahui perasaan Aka, pokoknya, Tetsu jadi putus asa dengan perasaannya pada Aka.
“wooi..!!” seorang bassis bergaya gothic menepuk punggung Tetsu agak keras.
Tetsu tersenyum padanya, “kenapa..??”
“maju..! udah mau mulai, pak..!! ngelamun aje..!” katanya.
Tetsu pun menurutinya, dia maju, setelah mendengar nada dimana dia harus masuk, Tetsu berjalan ke tengah panggung. Dia ada di tengah panggung bagian bawah, sementara Aka ada di tengah panggung bagian atas. Aka diperlakukan seperti ratu dalam konser itu. Dia satu-satunya bassis wanita disana.
Selama dua jam setengah konser itu berlangsung, dihadiri pengamat musik terkenal, produser-produser handal, dan musisi-musisi lainnya. Semua melakukan standing applause di akhir konser. Tampak Ciel dan Sexy berada di deretan yang sama, tersenyum pada Aka dan Tetsu. Aka menjadi penutup di acara itu, membuat sebuah case yang apik dengan Tetsu dan Ari, tiga bassis dengan aliran berbeda tapi punya jiwa yang sama. Aka dengan rock-gothic, Tetsu dengan pop-rock, Ari pop-jazz, tapi mereka bisa berbaur satu sama lain melahirkan musik yang indah dan tentunya penuh dengan jiwa yang bebas.
Setelah acaranya selesai, para pengisi acara merayakannya di ballroom. Disana juga boleh dihadiri oleh tamu undangan, juga sekalian untuk konferensi pers (sekalian bahan gosip untuk para media, karena disana begitu banyak artis). Ketiga personil Ciel dan Sexy juga hadir disana.
Kuro menepuk pundak Aka yang sedang bercengkrama dengan Tetsu, Ari dan dua pemain lainnya. Ketika melihat Kuro, Aka refleks melakukan apa yang selalu dia lakukan, yaitu memeluk Kuro erat dan bilang ‘miss you mommy..’
“you looked so great..!!” puji Kuro.
Mereka berdua saling memandang mata masing-masing. Aka baru sadar akan ‘kesalahan’ yang dia lakukan. Tawa di wajahnya seketika berubah jadi senyum palsu. Kuro bisa melihat itu.
Kuro menempelkan tangannya di kedua pipi Aka, “hei.. you were have fun ?”
Oh God.. apa yang gue lakuin, gue gak seharusnya berekspresi kayak gitu. “what do you mean mommy ? di panggung tadi hebat banget.. I love it so much….!!!” ujar Aka akhirnya.
“keren banget… sumpah..!!” Hyde nyelonong masuk dalam pembicaraan, tiba-tiba sudah ada di samping Kuro.
“atta…” Kuro merangkul pundak Hyde, memicingkan mata liciknya pada Hyde, “emang gue gak tahu, Hyde manis ini udah mau bunuh orang pas adegan muka Tetsu deket-deket leher lo..!”
“gue gak gitu..!!” Hyde mengelak, keringatnya hampir saja turun.
“jealous, right..?” Tetsu tiba-tiba menyambar di samping Aka.
“hai..” Kuro menyapa Tetsu, suaminya, lalu memeluk dan menciumnya, dia berdiri diantara Tetsu dan Aka dan merangkul mereka berdua, “kalian berdua, keren banget deh, great works..!”
“kamu nampak semangat sekali hari ini..??” tanya Tetsu pada Kuro.
“oh..jelas, cause I really miss you, honey..” jawab Kuro.
Ya, dibanding Hyde dan Aka, mereka berdua lebih jarang bertemu. Karena Kuro bukanlah lelaki yang nekat seperti Hyde, melakukan video call malam-malam atau menemuinya ke backstage. Kuro adalah wanita dewasa yang percaya dengan apa yang dilakukan suaminya.
Sementara Kuro dan Tetsu berpelukan melepas kerinduannya, Hyde menarik tangan Aka yang tak mau menatap lurus ke depan, “Aka, kamu udah baikan, kan..??” bisik Hyde.
“ya.. I’m okay…!” jawabnya dengan senyuman lebar.
“aku sangat ngerti dengan perasaan kamu, karena perasaan itu tentang aku juga kan, you have done the best.. I love you.. and I’ll always do.. you know that.. semua yang absurd, jangan dipikirin deh.. oke, aku selalu ada disini untuk kamu.. kamu tahu apa janjiku.. gak usah aku paparkan lagi..!” ujar Hyde dengan suara pelan.
Aka mengangguk, “tapi tadi aku have fun banget, thank’s to you…” lalu mereka berdua tersenyum. Baru wajah mereka akan mendekat, Lady dan Yuki juga Ken dan Midori mengagetkan mereka, dan membuat meriah suasana. Kedelapan sahabat itu berkumpul disana, dengan pasangannya masing-masing, dan cintanya masing-masing.
Sampai satu jam kemudian, acaranya selesai semua. Para pengisi acara masih harus berkumpul di tempat private untuk merayakan kesuksesan ini sekali lagi dan pastinya acara yang ini sampai malam di sebuah hotel yang dibooking private kalau-kalau mereka mau menginap dulu disana.
Sebelum itu, Aka dan Tetsu mengantar dulu Kuro dan Hyde (juga Yuki dan Lady dan Ken dan Midori). Entah kenapa ketika Kuro pergi bersama Hyde, Tetsu ingin sekali mengucapkan ini, “Hyde.. take care of her..” ketika Kuro dan Hyde baru mau masuk ke mobil. Kata-kata itu membuat Aka menoleh tak percaya pada Tetsu yang terus saja memandang ke depan.
“I’ll make it up to you…” jawab Hyde sambil mengacungkan telunjuknya, seperti berkata, ‘aku berhutang satu’.
Ketika mereka semua menghilang dengan mobilnya masing-masing. Aka berjalan lebih dulu, agak berlari, untuk menghampiri sedan Tetsu yang agak jauh dari tempatnya berdiri. Tetsu yang berjalan dibelakangnya berusaha untuk mengejar Aka yang tidak berbicara sepatah katapun, dan langsung menyergap tangannya.
“I have to talk to you…” kata Tetsu masih menggenggam tangan Aka dan mempercepat langkahnya sampai ke sedan silver metallic Tetsu.
Aka hanya terdiam di dalam mobil Tetsu, sampai Tetsu bertanya kepadanya, “kenapa tadi kamu nangis..??” tanya Tetsu membuat jantung Aka seperti berhenti karena kaget.
Aka menoleh berat ke arah Tetsu, “kapan..?? gue…”
“sebelum manggung kamu nangis kan..??” potong Tetsu.
“gue.. gak…”
Ckiit…… mobil direm Tetsu seketika. Tetsu menatap lurus ke depan, “kenapa kamu nangis.. apa karena aku..?? kamu…”
“Tetsu.. kapan aku nangis..??” kali ini Aka yang memotong.
Tetsu memandang mata Aka dalam-dalam, “tadi kamu nangis.. Hiroshi kasih tahu aku..”
Aka terdiam beberapa saat, lalu tak sadar dia mengeluarkan jawaban seperti ini, “bukan urusanmu…” dengan datar.
Tetsu langsung lemas dengan jawaban seperti itu. Keringat dingin hampir saja mengalir di keningnya. Lalu menjalankan kembali mobilnya tanpa bertanya apapun lagi. Sementara Aka berusaha untuk menahan emosinya agar yang keluar nanti bukan sesuatu yang akan menyinggung perasaan Tetsu.
Hingga mereka sampai di tempat tujuan, mereka masih saling diam seribu bahasa. Sampai tiba-tiba sebelum Tetsu membuka pintu mobilnya, Aka berkata, “I’m sorry…”
Tetsu terdiam beberapa saat sambil memegangi engsel pintu mobil. Tanpa sedikitpun berbalik ke Aka, dia langsung turun dan membukakan pintu mobil untuk Aka. Tetsu menarik tangannya dan menggenggamnya erat. Dia tak berani untuk memeluknya walaupun hatinya ingin, karena disana sudah banyak orang yang datang.
“heeei… Tetsu, Aka.. kemana aja lo..??” seru Ari dari pintu masuk hotel.
Tetsu melambai pada Ari lalu segera membawa Aka menghampiri Ari dan mereka bertiga masuk ke ruangan private pengisi acara. Disana, Aka dan Tetsu tidak bergairah untuk bergabung bersama teman-teman yang lainnya. Mereka masih saling diam. Sampai akhirnya Tetsu menghampiri Ari.
“Ari.. gue butuh kamar sekarang juga.. Aka..” pintanya.
“oh ya, everybody have to use the room.. semuanya harus disini dulu sampai besok pagi.. jadi, kalian pake aja… ehm, mau gue ambilin kuncinya..?”
“ya, please.. thank’s before..”
Ari pun pergi untuk mengambil kunci dan beberapa saat kemudian sudah kembali lagi ke Tetsu dan menyerahkan kuncinya. Tetsu kebagian kamar di lantai 9, satu lantai sebelum lantai yang terakhir. Dia memanggil Aka dan mengajaknya untuk keluar dari private room itu dan langsung naik lift menuju kamar mereka.
Ketika sampai di depan kamar mereka yang lorongnya tampak sepi, Tetsu membuka pintu yang terkunci itu dan duluan mempersilahkan Aka masuk. Ada rasa yang aneh ketika mereka berdua memasuki kamar hotel itu. Rasa yang membuat mereka seperti memasuki neraka. Jadi mereka berdua ingin cepat-cepat keluar lagi.
Tapi Aka berusaha menenangkan dirinya. Dia duduk di ujung tempat tidur yang mengarah ke jendela besar yang tampak seperti lukisan terangnya kota di malam hari. Sementara Tetsu langsung ke kamar mandi. Aka lalu menjatuhkan kepalanya ke bantal empuk tanpa memalingkan pandangannya keluar sana. Terdengar suara pintu kamar mandi dibuka dan suara langkah Tetsu yang menuju tempat tidur.
“Tetsu… aren’t you tired..?” tanya Aka tiba-tiba.
Tetsu agak lama berpikir untuk menjawab pertanyaan Aka itu, karena Aka tampak seperti sedang melamun dan tak serius mengucapkan kata-katanya. Tetsu mengambil handuk dan mengeringkan rambutnya yang basah lalu duduk di ujung tempat tidur ke arah yang berbeda dengan Aka.
“ya.. lumayan..” jawab Tetsu akhirnya.
“kalau aku sih.. capek banget..” timpal Aka datar, sepertinya masih menerawang jauh, pikir Tetsu.
Tetsu menyalakan lampu meja di sebelah kanan tempat tidur, yang terdekat dengannya. Lalu naik ke atas tempat tidur dan menyalakan lampu meja yang ada dekat dengan Aka dari balik punggung Aka. Tetsu menyentuh pundak Aka yang masih tak mau berbalik padanya lalu mengelus lengan Aka dengan penuh kasih sayang.
Akhirnya Aka pun mau beranjak dan tersenyum pada Tetsu. Dia menatap kedua mata Tetsu, memegang kepalanya lalu mencium pipi kanannya. Setelah itu Aka membuka jaketnya, “ke kamar mandi dulu ah, bentar..” dan Aka pun segera bergegas mengambil handuk satunya lagi lalu masuk ke kamar mandi.
Tetsu pun yang biasanya ‘semangat’ buat ikut masuk ke kamar mandi bersama, kali ini hanya diam di atas tempat tidur dan memikirkan arti ciuman pipi tadi. Rasanya sama seperti ketika dicium saat mereka bertemu di studio sebagai sahabat yang dibutuhkan. Ciuman sahabat.
Shit..! Tetsu teringat lagi akan pertanyaan yang dia simpan beberapa waktu lalu dan akhirnya dia ucapkan namun tak mendapat jawaban yang memuaskan. Kata-kata ‘bukan urusanmu…’ itu sebenarnya menyangkut sekali di hatinya. Tetsu seharusnya sakit hati, tapi lagi-lagi perasaan tak pantas itulah yang membuatnya yakin bahwa kata-kata Aka itu ada benarnya juga. Tetsu tak berhak untuk tahu masalahnya dengan Hyde, suaminya sendiri.
Tetsu pun akhirnya terbaring santai di atas tempat tidur, bertelanjang dada dan menutup wajahnya dengan handuk. Tak lama kemudian, terdengar pintu kamar mandi dibuka. Tetsu pun membuka wajahnya dari handuk yang menutupi dan mengulurkan tangannya agar Aka lebih mendekat padanya. Dan tidak seperti biasanya yang tanpa pikir panjang, sekarang entah kenapa Aka sedikit berpikir dulu untuk membalas uluran Tetsu. Tapi dia tak ingin Tetsu berpikir macam-macam lagi tentangnya, dia langsung mendekati Tetsu dan menggenggam tangannya. Tetsu beranjak duduk lalu mencium bibir Aka. Terus menciumnya dan melumatnya sampai basah. Tapi ketika ciuman itu mengarah lebih dalam, Tetsu merasakan Aka tidak membalasnya sama sekali, namun Aka tak menampakannya.
“bisa gak.. malem ini kita istirahat..?” tanya Aka.
Tetsu berpikir, membuat Aka jadi tak enak padanya. Tapi sebenarnya, tak ada yang salah dengan pertanyaan Aka. Hanya saja Tetsu pun merasa dia belum memasukkan dirinya sendiri ke dalam diri Aka untuk saat ini.
Aka pun menempati tempat tidur di samping Tetsu, lalu mengajak Tetsu berbaring bersamanya. Tetsu berbalik ke arah Aka, dan Aka menarik tangan Tetsu untuk menyentuh pipinya. Tanpa sadar, Tetsu malah memeluk Aka begitu erat, seakan setelah ini Tetsu akan kehilangannya.
“sorry for today..” bisik Aka.
“you know.. if I see you cry.. I just don’t know what I should do..” ujar Tetsu dalam pelukannya.
“then I don’t want you to see me cry..” Aka menutup matanya untuk menahan air matanya keluar.
Dan tak beberapa lama lagi, Aka pun tertidur dalam pelukan Tetsu. Begitupun dengan Tetsu, setelah mencium kening Aka, Tetsu akhirnya tertidur juga begitu ingin sekali dekat dengan tubuh Aka.
Ditemani hari yang cerah, Aka tertawa keras ketika Tetsu merajah seluruh tubuhnya di balik kemeja merahnya di atas tempat tidur hotel. Tetsu menciumi dada Aka sampai ke perutnya, lalu kembali ke atas, melumat bibir Aka dan menciumnya dalam sekali. Sampai akhirnya Tetsu menindih tubuh Aka dan mulai merambah bagian sensitif Aka, leher dan cuping telinganya, membuat kissmark disitu.
“Tetsu…” terdengar suara lembut seorang wanita yang sekarang ini terdengar berat, begitu familiar di telinga Tetsu, sampai Tetsu yang masih berada diatas tubuh Aka kaget setengah mati.
Tetsu langsung turun dari tempat tidur, dan menemukan Kuro disana. Tak sendirian, dia bersama Hyde. Tak hanya Hyde, disana juga ada Lady, Yuki, Ken dan Midori, menatap tak percaya pada apa yang dilihat mereka. Sementara itu Aka yang tak kalah kagetnya, masih berdiam diri di atas tempat tidur dan tubuhnya mulai bergetar.
Tak kuat menahan emosinya, Hyde menghampiri Tetsu dan langsung menonjok mukanya dengan setengah kekuatan, karena tubuhnya juga bergetar melihat istrinya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Tapi masih bisa membuat Tetsu kehilangan keseimbangannya. Dan sebelum Hyde makin menjadi, Ken dan Yuki langsung menahan Hyde.
“stop it..!!!!!” teriak Kuro yang tangisannya makin menjadi-jadi. Lalu berlari keluar kamar hotel.
“Kuro-chan…!!” panggil Tetsu lalu berniat untuk menyusulnya, tapi Ken menghadangnya.
“you don’t deserve…” kata Ken dengan tatapan dingin pada Tetsu. Ketika Ken mendapat panggilan dari Midori, Ken segera menggiring Hyde keluar walau dia tak mau, Ken memaksanya.
“Hyde…” panggil Aka, lalu dia berniat juga mengejar Hyde, tapi kali ini Lady yang menahannya.
Aka menatap mata Lady yang tampak begitu mengasihaninya lalu menangis dalam dekapannya. Aka menangis sebisanya, karena untuk menangis pun begitu sakit. Dia tak dapat lagi bergerak, karena sakitnya sudah menjamah seluruh dirinya. Aka sakit bila melihat Hyde pun sakit. Hyde pasti sakit sekali melihat semua ini. Ya Tuhan.. Kuro pun pasti lebih sakit melihat ini.
Beberapa saat kemudian, Aka sudah ada di jok belakang mobil Yuki masih dalam dekapan Lady dan dia pun masih terisak.
“kita mau kemana, Yuki…??” tanya Lady.
“somewhere between…” jawab Yuki singkat.
Aka melihat Tetsu meliriknya. Tatapan pertama yang Tetsu berikan sejak mereka tertangkap basah sedang berselingkuh, “it’s okay…” katanya sambil menyunggingkan senyum kecil yang dipaksa menggantung.
Aka ingin sekali mengucapkan banyak hal pada Tetsu, tapi entah kenapa yang bisa dia ucapkan hanyalah nama ‘Hyde’.
Akhirnya mereka pun sampai di sebuah tempat yang tandus, dengan batu-batu karang yang tampak kering. Aka merasa dirinya begitu ketakutan untuk menghadapi semua ini. Lalu Tetsu menggenggam tangannya, menggandengnya sambil mengikuti Yuki dan Lady dari belakang.
Di depan sana, tampak Kuro sedang dipeluk oleh Ken, sedangkan Midori sedang berusaha meredam amarah Hyde. Ketika Aka melihat Hyde ternyata Hyde pun menyadari kedatangan Aka dan Tetsu ke arahnya, Hyde pun berdiri di samping Kuro. Lalu beberapa saat kemudian, Aka dan Tetsu berada di depan mereka.
“I trusted you…!!!” kata Kuro, ada getaran hebat di sela-sela suaranya. Matanya menatap dalam-dalam ke dalam mata Tetsu.
“but I love her…” ujar Tetsu, membuat mata Aka terbelalak, semua mata tertuju pada Tetsu, termasuk mata Hyde yang ingin segera menerkamnya.
“gue suaminya!! Juga lo berani ngomong gitu di depan istri lo sendiri, mana perasaan lo..??!!!!” dan Hyde pun menonjok lagi Tetsu tepat di wajahnya sampai Tetsu jatuh tersungkur.
Tak ada satupun kata yang bisa diucapkan Aka, selain ‘Hyde’. Dia ingin sekali memeluk Hyde dan menghentikannya, tapi entah kenapa Aka hanya bisa berdiri dan melihat Tetsu dipukuli Hyde. Ken dan Yuki pun sampai kena getahnya dengan mencoba melerai perkelahian tak seimbang itu, dimana Tetsu sama sekali tak membalasnya.
Tapi akhirnya Hyde mau berhenti juga memukuli Tetsu setelah Kuro berusaha memeluk Tetsu, “take care your goddamned wife…!!” seru Kuro dengan penuh kemarahan. Mendengar kata itu dari mulut Kuro dan melihat tatapan matanya yang memandang Aka dengan penuh kebencian, Aka merasakan nafasnya terhenti seketika itu juga.
Aka mulai kesal, mulai berkeringat dingin. Dia ingin sekali bicara, menjelaskan semuanya, tapi dia tak bisa. Suaranya serasa hilang ditelan bumi, mulutnya seakan terkunci rapat. Yang dia bisa ucapkan hanya ‘Hyde..’
Tak lama kemudian, Aka sudah berada di rumahnya sendiri. Berdiri di belakang Hyde yang meminum sebotol minuman keras.
“Hyde…” seru Aka.
“aku gak bisa… ternyata cinta kamu gak pernah buat aku…” suara Hyde mengambang di telinga Aka.
“Hyde…” kata Aka lagi, tapi tak bisa melanjutkannya dengan, ‘aku pernah cinta sama kamu… sampai sekarang pun masih…’ tapi tersendat di hatinya.
“kamu sudah menghancurkan semuanya.. pernikahan kita dan.. persahabatanku.. mungkin juga, persahabatanmu..” ujar Hyde lagi tanpa berbalik memandang ke arah Aka.
“Hyde…” lagi-lagi hanya itu yang bisa Aka ucapkan.
“kita… cerai saja..” akhirnya Hyde bilang juga kata itu.
Hati Aka patah. Dia ingin sekali mengucapkan ‘tidak mau..’ atau ‘we can fix this..’ tapi dia terlalu sulit untuk itu. Setelah itu, waktu seakan berlalu begitu cepat dalam kesendirian Aka, tak ada Hyde, tak ada Tetsu.
Sampai akhirnya Aka dan Hyde berada dalam satu ruang pengadilan. Palu sudah diketuk, dan mereka pun resmi bercerai. Sampai saat itu pun Aka masih tak bisa mengucapkan apa-apa, dia hanya bisa menerima perceraian itu. Ketika itu, disana pun Aka melihat Tetsu dan Kuro yang ternyata sedang mengurusi perceraiannya.
Setelah itu, Aka akhirnya bertemu juga dengan para anggota Sexy. Tanpa basa-basi pada Aka, Kuro yang matanya tampak sembab memutuskan bahwa band ini bubar. Kalaupun tidak, Kuro akan keluar dari band ini. Tapi ternyata, Lady dan Midori pun tak berpihak pada Aka, mereka pun memutuskan menghilangkan nama band ini.
Aka sendirian di jalanan. Melihat LCD Screen besar dan disana sedang acara infotainment. Disana sedang menceritakan kehancuran band Sexy dan juga Ciel, yang ternyata juga bubar, dan mereka bilang, semua ini kesalahan Aka. Karena cinta Aka pada Tetsu yang ternyata bisa menghancurkan.
Bumi tiba-tiba tak berpihak lagi padanya, dia sendirian sekarang dalam gelapnya malam. Tak ada lagi cinta Hyde yang bisa dia dapatkan. Tak ada lagi kegembiraan dan ketenangan yang selalu diberikan Kuro, Lady dan Midori padanya. Tetsu… dimana dia sekarang?
Di depannya. Tetsu mengulurkan tangannya pada Aka dengan senyuman lembut khasnya. Tapi Aka tak bisa menggapainya, tak bisa menggapai uluran tangan Tetsu. Aka mencoba memanggil Tetsu, tapi tak satupun kata yang terucap dari mulutnya. Dia berbalik ke belakang, dan disana ternyata ada Hyde, memanggilnya.
“Kuro-chan..!!!” terdengar juga Tetsu memanggil, tapi seakan ada perisai yang menghalanginya untuk kembali, Tetsu sudah memutuskan untuk meninggalkan dunianya yang dulu. Dia tak bisa kembali lagi.
Aka menatap mata Tetsu dari balik perisai, matanya memanggil Kuro, dan Kuro ada disana yang penampilannya tampak hancur tak terawat, di samping Hyde. Hyde yang kini tampak enggan lagi hidup, “Aka.. aku gak bisa hidup tanpa kamu..!!” seru Hyde.
Aka berniat untuk kembali lagi pada Hyde, tapi.. “Aka-chan.. kita bisa hidup bersama, kan..??” tanya Tetsu, yang mengulurkan lagi tangannya.
Aka kini bisa menggenggam tangan Tetsu, lalu Tetsu menariknya kedalam perisai itu. Sebelum mereka pergi jauh, Aka melihat Hyde terkulai lemah, sepertinya dia terlalu banyak minum, dan di kegelapan itu, tak ada satupun orang yang bisa menolong Hyde, Aka bisa, tapi dia malah pergi bersama Tetsu. Aka pun melihat Kuro yang wajahnya tampak tanpa dosa, terus berjongkok di samping Hyde dan tampak seperti menunggu.
Terdengar suara Hyde yang gamang, “Aka-chan… aku cinta kamu.. aku lebih baik mati tanpamu…” dan akhirnya dia melihat Hyde mengakhiri hidupnya sendiri. Kuro masih disana, menunggu!
……………………………………………………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar