Pages

And so i play my guitar, I always play my guitar. Karamiau saigetsu wo tadoru tabiji de. Mabuta ni kanjiru yuuitsu no honoo. Natsu no nagori wo utsusu mina no ne. Hanatsu senritsu yo tooku tooku kanawanakutomo ~Loreley~

2010/04/23

[Sexy05] Sexy_2

“elo gak tahu yah waktu itu gue pernah ngejar elo jauh-jauh, padahal gue udah teriak biar lo berhenti..‼!” ujar Midori masih geram.
Mendengar itu, Ken malah mundur jauh-jauh. Dia teringat akan kejadian menakutkan beberapa bulan lalu dan menjadi mimpi buruknya sampai saat ini. Dikejar cewek gila, dan ternyata cewek itu ada di depannya sekarang.
“eh.. lo mau balikin stick drum gue gak..?” kali ini Midori mulai bisa meredam dirinya sendiri.
Tapi Ken malah makin mundur, dia berkeringat dingin sekarang, akhirnya dia berlari. Midori mengejarnya, dia malah tak mengerti dengan Ken, padahal Midori hanya ingin mengambil stick drum-nya. Ken seperti orang gila, dia terus berlari apalagi ketika dia lihat Midori mengejarnya. Ken mengitari gedung markas Ciel sampai keluar gedung, lalu berlari lari ke studio musik. Ken melihat Yuki di depannya dan akhirnya bisa tertangkap oleh Yuki.
“hei.. lo kenapa..?” tanya Yuki.
Ken masih terengah-engah, lalu ketika dia lihat Midori berlari ke arahnya, Ken segera bersiap untuk lari lagi, tapi Yuki dan Lady menahannya.
“hahhah.. gue gak ngerti.. hahahh… kenapa dia malah lari terus..!” Midori pun tak kalah lelahnya.
“emangnya ada apa sih..??” Lady bertanya kali ini.
“Lady… dia yang bawa stick drum gue..!” kata Midori akhirnya.
“bukan.. elo nuduh-nuduh banget sih..!” seru Ken.
“eh.. sekali lagi lo gak ngaku, gue bunuh lo..‼‼” Midori mulai dengan nada keras.
“emang gue gak ngerasa.. gila nih cewek..‼”
“udah..udah.. kita beresin masalahnya baik-baik oke..!” Yuki menengahi agar pertengkaran ini tak berbuntut panjang, “Ken.. sekarang mana stick punya lo..?” Yuki bicara seperti itu, karena dia ingat ciri-ciri ‘drummer’ yang dibilang Midori dulu, yang menurutnya lebih mirip Ken.
Ken memelototi Yuki, “kenapa jadi gue..!??”
Yuki balik memelototi Ken, Ken mengerti dan langsung mengajak semuanya ke studio dan dia mengambil semua stick drum miliknya dari dalam tas kecil di dalam lemari, lalu menyerahkannya pada Yuki. Mereka duduk di sofa yang ada di dalam studio. Yuki mempersilahkan Midori untuk mengeceknya.
Dari 5 pasang stick drum disitu, yang terakhir benar-benar meyakinkan Midori bahwa itu adalah miliknya. Midori mengacungkan stick tersebut ke Lady, lalu Lady mengangguk. Lalu Midori mengacungkan stick itu ke depan muka Ken, “lo lihat kanji disini..?” tanya Midori.
Ken meneliti tulisan berwarna hijau disana, setahu dia, tak ada stick-nya yang bertuliskan sesuatu disitu, “Midori..!” kata Ken.
“lo percaya kalo ini punya gue..??” Midori mempertegas.
Ken terdiam, lalu dia mengangguk, “oke.. ambil deh, tapi asal lo inget, gue gak nyuri apapun dari elo..!”
“oke.. udahan ya, sekarang udah clear kan..!” seru Lady mengajak Midori duduk kembali.
Ken membereskan kembali semua stick drum-nya dan tampak raut kekesalan di mukanya, sementara Midori santai-santai saja dengan mimik Ken yang seperti itu. Ken duduk di sebuah bangku dan menyetel gitarnya. Suasana memang sudah tenang, tapi entah bagaimana dengan suasana hati Midori dan Ken selanjutnya setelah ini.
Beberapa menit kemudian, seseorang membuka pintu, dan Hyde ada disana. Dia masuk lalu menyapa semuanya, tak lama dia tampak menyuruh masuk seseorang. Dan masuklah orang itu, serentak Midori dan Lady duluan berdiri melihat perempuan yang dibawa Hyde itu. Yuki yang tak tahu apa-apa, hanya ikutan berdiri untuk menyambut kedatangannya.
“no way..!” seru Lady refleks.
“oh my God…” kata perempuan bersama Hyde itu.
Hyde dan Yuki tampak heran dengan kelakuan cewek-cewek ini, “apa..? kenapa..? Aka..”
Aka tertawa lepas, “what are you doin’ here.. ya ampun.. ini lucu banget..!” Aka pun memeluk Lady.
“gak mungkin.. kalian udah saling kenal..!” seru Yuki.
“kenal..?? you kidding, dia bassist gue kali..!” ujar Lady masih memeluk pinggang Aka.
“wow.. sounds great..‼ dan elo..?” kata Hyde antusias.
“I feel something..” bisik Aka. Lalu menatap mata kedua temannya dan tiba-tiba saja mereka bisa menangkap apa yang dipikirkan Aka.
Tiba-tiba ada orang yang masuk, “hai.. apa gue ketinggalan..??” tanyanya. Dia Tetsu, dan dia membawa seseorang yang tak kalah mengagetkannya.
“Kuro..‼” seru Midori, Lady dan Aka serentak.
“ngapain lo pada disini..??” tanya Kuro. Tanpa ketiga temannya menjawab, Kuro melihat sekeliling dan punya firasat, “oh no.. don’t say anything..‼”
“Tetsu, Hyde, kenalin ini Lady..! and this is Midori, my best friend..!” Yuki menarik tangan Lady dan memperkenalkannya pada teman-temannya.
Tetsu dan Hyde menatap Lady yang sama sekali belum pernah ditemuinya, Lady yang itu, Lady yang dulu membuat Yuki jatuh bangun. Sekarang gantian, Hyde memperkenalkan Aka pada Yuki dan dia memanggil Ken untuk bergabung, lalu Tetsu memperkenalkan Kuro pada Yuki, Hyde dan Ken.
Sexy tak tahan untuk tak terus tertawa. Mereka benar-benar merasa ini lucu, rapat-rapat mereka menyimpan rahasia pacaran sama artis sampai publik benar-benar menemukan, akhirnya ketahuan juga karena sebenarnya mereka hanya ada dalam satu lingkaran.
“we have to rock this one..!” seru Hyde memberi ide, dia pun menelfon seseorang dan tampak membooking suatu tempat, “kita pergi ke Ciel’s café..!”

š›œ

Di tempat yang cukup besar itu hanya ada 8 orang, itupun harus merayu Ken dan Midori dengan susah payah. Mereka awalnya benar-benar tak mau ikut merayakan pertemuan ini, tapi setelah itu akhirnya mereka mau dengan cara ‘diculik’.
Di satu lounge di tengah bar, mereka berdelapan bercengkrama sambil meminum minuman yang diberikan bartender. Midori duduk paling ujung, sementara Ken di ujung satunya lagi, menatap Midori dalam-dalam yang sedang menghisap rokoknya. Batinnya mengerang antara menerima atau tidak, karena dia belum pernah mendapatkan hal seperti ini.
Uuhh.. nih cewek nyebelin banget sih.. gak ada kesan baik-baiknya sama sekali.. gue juga benci sama keadaan kayak gini.. gak mihak gue banget sih… batin Ken.
Tak beda jauh, Midori pun yang sedari tadi diam, membatin juga, ya.. ampun, gue gak suka, bikin gue pengen ngubur diri sendiri kalo gini caranya.. ini semua gara-gara kesan pertama gue sama cowok gila itu gak bener…
Ketika musik menghentak berganti menjadi musik ballad, mereka membawa pasangannya masing-masing ke lantai dansa dan mulai berdansa mesra. Tinggallah Ken dan Midori di dua ujung yang berbeda duduk dengan perasaan campur aduk.
Shit.. kenapa harus ada takdir kayak gini, dan nasib gue bener-bener gak bagus.. Midori tak bisa berhenti, dia sekarang seperti orang yang demam panggung.
Sementara itu di lantai dansa.
“hey.. what do you think about ‘em..?” tanya Tetsu mengarah ke Yuki dan menunjuk Ken dengan dagunya.
Yuki pun menjawab karena dia juga sedang memperhatikannya, “gue pikir mereka punya harepan..! menurut lo gimana..?” lalu Yuki bertanya pada Lady.
“emh… actually, I don’t care about it.. Midori bukan orang yang suka diungkit-ungkit lagi masalahnya.. dia bisa gak makan berhari-hari.. soal ini, gimana dia aja.. walaupun dia sering bantuin gue soal hidup, tapi Midori gak bisa diceramahin soal hidup..! ngerti..?” ujar Lady.

š›œ

“kenapa lo pada..??”
Ken geram dipelototi terus oleh ketiga temannya ketika mereka baru selesai recording. Tapi itu pun karena salahnya sendiri juga, dia baru saja bercerita kalau dia gak bisa tidur karena mikirin Midori terus.
“itu tandanya lo mulai jatuh cinta.. kalo gitu lo samperin deh.. belum telat kok..!” jawab Tetsu.
“sialan… gue tuh Cuma gak enak sama dia karena udah nyela-nyela dia waktu itu, lo tahu kan gue orangnya ramah banget sama siapapun, gue sendiri aja aneh kenapa gue bisa segitu kasarnya sama dia..!” ujar Ken mempertegas. Ketiga temannya tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, “..oke..oke.. entah gimana caranya, lo semua temuin gue lagi sama dia, cewek-cewek lo pada kan temennya dia.. so..”
Yuki, Tetsu dan Hyde masih terdiam dan senyum menatap Ken, “.. tinggal ketemu sama dia apa susahnya sih, lo tinggal minta nomernya ke gue.. ketemu dan minta maaf, itu doang.. kalo emang gak ada yang spesial..!” kata Yuki.
”God.. berapa kali gue bilang gak ada apa-apa.. so please help me..” Ken merajuk seperti anak kecil saat ini.
“iya..iya.. susah amat sih..!” Tetsu angkat bicara.
“hati-hati sama sesuatu yang ada di pikiran elo, kalo tamengnya gak kuat-kuat amat, atau Cuma pura-pura punya tameng, bisa nyebar kayak racun dan ngancurin semua tonggak lo..” ujar Hyde.
“bener banget lo…‼” seru Tetsu dan diamini juga oleh Yuki.
“alah.. keluar lagi jiwa puitis lo..‼” Ken mulai kesal. Tapi ketakutannya mulai menyambar lagi seluruh pendiriannya saat ini.

š›œ

Sexy sedang merayakan sesuatu di rumah Kuro. Bukan karena kebetulan punya pacar di band yang sama. Tapi akhirnya, Kai bisa juga mengungkapkan perasaannya pada seorang wanita. Usut punya usut, wanita itu adalah seorang designer yang udah punya nama, Kai dan wanita itu adalah teman lama, dan mereka dipertemukan lagi lalu bersemilah cinta itu. Kai suka cerita kalau dia benar-benar tak berani untuk mengatakan cinta pada wanita itu karena profesinya yang bergelut dengan cewek-cewek cadas, dan karena hidupnya lebih memihak profesinya, dia tak bisa berbuat apa-apa lagi selain memberanikan diri mengungkapkan semua keinginannya pada wanita itu.
“yupz.. salut deh gue sama elo, elo tuh orang paling baik sedunia jadi gue yakin, tuh cewek pasti bisa nerima elo..!” ujar Lady.
“thank’s.. eh, sekalian kita rayain keberhasilan Midori nemuin lagi stick drum kesayangannya…” Kai memberi semangat karena sedari tadi Midori tak bicara sepatah kata pun.
Setelah berjem-jam mereka disitu, akhirnya Kai pamit untuk menemui pacar barunya. Keempat personil Sexy mengantar Kai sampai naik ke mobil, mereka menyanyikan lagu cinta untuk mengantar kepergian Kai.
Kuro, Lady, Aka dan Midori melanjutkan lagi chit-chat-nya karena hari ini mereka benar-benar kosong, “Midori.. kemaren Tetsu bilang ke gue, katanya ada yang mau ketemu elo.. orang yang udah bikin elo kalang-kabut…‼”
Midori mengernyitkan dahi, “siapa..?”
“aah..elo kayak yang gak tahu aja.. tapi, gue Cuma bilang nih, gak ada maksud apa-apa.. emh, Ken mau ketemu lo hari ini…” ujar Lady.
“maksud lo..?” Midori mulai kesal mendengar nama Ken.
“udah gue bilang gak ada maksud apa-apa, oke.. gak usah diomongin lagi yah, deal…‼!” kata Lady akhirnya.
Dan setelah itu mereka diam seribu bahasa, takut Midori berubah jadi Hulk melihat rambutnya yang makin ijo dari hari ke hari. Mereka akhirnya menonton film di DVD dan dua jam setelah film itu diputar, seseorang memencet bel rumah Kuro. Kuro beranjak untuk membukakan pintu dan Tetsu ada disana dengan seseorang yang tertunduk di belakangnya, Ken.
“hai.. tumben kesini..” sapa Kuro.
Tetsu mencium kening Kuro, “mana janjinya..?” tanya Tetsu sambil mengedipkan mata.
Kuro tersenyum, “Midori..‼” panggil Kuro dan terdengar Midori menyahut.
Midori pun menghampiri Kuro, “apaan..?” tanyanya, lalu dia melihat ke arah pintu masuk dan Tetsu juga Ken ada disitu, sontak Midori kaget, “gue gak suka kalo udah gini..” bisik Midori pada Kuro.
“sorry.. temenin dulu dia, mau ngomong sama lo katanya…!” ujar Tetsu.
Tetsu dan Kuro pun pergi meninggalkan Ken dan Midori di ruang tamu, mereka menemui Lady dan Aka yang penasaran ingin tahu apa yang mereka lakukan pada Midori dan Ken.
“hai..” sapa Tetsu.
“heei.. Ken gimana bisa gitu..?” tanya Lady antusias, Aka pun mengangguk.
“gak tahu deh, tiba-tiba aja dia gak bisa ngendaliin diri sendiri, udah ah.. it’s depend on ‘em..!” jawab Tetsu, dan semuanya mengangguk.
Film yang mereka tonton itu drama komedi, maka dari itu mereka semua tertawa di beberapa scene. Di sudut sofa, Kuro terkulai di badan Tetsu dan memeluknya erat sementara Tetsu tak henti menciumi kepala Kuro. Tapi Tetsu melakukan itu semua hanya untuk satu hal, biar matanya tak lagi menangkap masa lalu, karena kini dia tahu masa lalu yang manapun bisa membawanya pada kehancuran, tapi hatinya tak bisa berpaling setelah pertemuan itu.

š›œ

Sementara itu, Midori dan Ken masih terdiam tak menyapa satu sama lain. Masing-masing benar-benar ingin tahu apa yang sedang dipikirkannya. Entah sama atau berbeda.
“eh lo mau ngomong gak..‼” seru Midori akhirnya.
Ken kaget, “iya..iya.. gak usah nyolot gitu kenapa..!” Ken mulai kesal dan nadanya meninggi membuat Midori makin kesal juga.
Midori geram dibilang seperti itu, “heei.. elo kan yang mau ngomong, gak usah sok nyela-nyela dulu deh..! gue aneh ya.. setiap ketemu elo, gak ada bagus-bagusnya, pertama stick gue ilang, kedua gue harus capek setengah mati ngejar-ngejar elo, terakhir elo nyolot ke gue dan sekarang juga kayak gitu..!”
Ken tak kalah panasnya, “gue juga sebenernya gak berharap ketemu elo lagi… sekarang gue ketemu elo Cuma mau minta maaf atas kelakuan gue.. itu doang..!”
“ya udah.. kalo Cuma mau minta maaf, gue maafin, gue juga minta maaf kalo gitu…!” kata Midori dengan nada yang masih tinggi.
“oke.. asal lo tahu, gue kesini niatnya baik-baik ya..!”
Midori masih melotot, “ya udah..!”
“oke..”
“udah..??”
“udah..‼”
Midori beranjak ke ruang dimana teman-temannya masih menonton DVD. Mereka melihat Midori yang sekarang sudah benar-benar berubah menjadi Hulk. Mereka pun mulai berkeringat dingin.
“heei.. tamu lo mau pergi tuh..!” Midori menekan Kuro dan Tetsu, dengan mata terbelalak dan raut muka menyeramkan.
Tanpa berkata-kata mereka semua yang sedang asyik menonton berdiri dan menatap Midori dengan penuh kecemasan, takutnya tahu-tahu nanti Ken sudah terkulai bersimbah darah. Maka dari itu, Tetsu dan Kuro segera menemui Ken. Ternyata Ken sudah tak ada di tempat duduknya. Mereka melihat keluar dan tampak disana Ken sedang menendangi mobilnya.
“wooi.. Ken..‼” seru Tetsu.
Ken menoleh, “hei.. gue mau balik..‼‼” seru Ken dengan nada tinggi dan masih terlihat kekesalan di wajahnya.
Tetsu dan Kuro segera menghampiri Ken, “man.. sabar, lo kesini kan niatnya baik-baik, kenapa ujungnya berantem lagi berantem lagi..!” ujar Tetsu.
“gue juga udah bilang, gue kesini niatnya baek, mau minta maaf.. dianya nyolot.. tuh cewek udah galak, jutek, ngomongnya gak ngenakin lagi.. gue sumpahin dia gak akan pernah dapet cowok..‼” Ken berapi-api.
“huss.. jangan bilang kayak gitu, lo udah karma tahu rasa..‼” kata Kuro akhirnya.
Setelah mendengar perkataan Kuro, akhirnya Ken bisa meredam emosinya, “ya udah.. yang jelas gue pengen balik..!”
“oke.. kita balik sekarang..! honey, gue balik dulu keyz..!” Tetsu pamit.

š›œ

Baru Kuro datang lagi ke ruang tv, Midori sudah berdiri dan siap untuk bicara, “gue gak suka kalo kalian ikut-ikutan bermaksud nemuin gue sama dia lagi..!”
“eh.. kita gak ada maksud apa-apa lagi..! kita Cuma menyampaikan pesan, itu doang.. jangan salahin kita deh, please..!” Aka merajuk seperti anak kecil.
“sorry..sorry.. gue pikir gak akan kayak gini jadinya, aduh, gue jadi gak enak deh..!” sekarang Kuro juga meminta pengertian Midori.
Sementara itu Lady hanya terdiam, lalu Midori memelototinya, Lady yang tadinya biasa aja jadi ikut-ikutan cemas, “iya..iya.. gue salah, gak seharusnya gue ngelakuin ini, gak akan diulangi lagi deh, swear..‼” ujar Lady, dia tersenyum.
“nah, gitu donk. Awas kalo dilakuin lagi…!” Midori mengancam, emosinya sudah reda dan mereka seperti biasanya lagi.

š›œ

“there’s no doubt.. udah semestinya ini gagal..‼” seru Tetsu.
“no.. cause it’s just about his stone-hearted..‼” Yuki menimpali.
“it’s just about the feeling late to come..!!” Hyde angkat bicara.
“alaah.. udahlah, kalian ini Cuma bikin kepala gue tambah pusing.. Hyde, stop elo bicara soal perasaan…!” Ken geram.
“eh.. elo ngerti omongan gue..??” tanya Hyde polos.
“euuhhhhhhhh….‼‼‼” Ken marah-marah, dia pergi dan menutup pintu studio dengan keras.
Yang lainnya malah tersenyum, mereka hanya geleng-geleng kepala. Ken bukan orang yang suka memendam sesuatu, maka dari itu kalau dia marah dibiarkan saja, karena tak akan begitu lama.
“wooi.. gue cabut dulu…!” seru Yuki.
“kemana lo..??” tanya Hyde.
Yuki menyeringai sambil menyimpan handphone di telinga kanannya, “hehe.. malem ini jangan ganggu gue oke..!” kata Yuki dan dia pun pergi diiringi tawa Hyde dan Tetsu.

š›œ

Suara bel terdengar ketika Lady baru saja mematikan showernya. Tampaknya sudah lama orang itu menunggu disana, karena tempo tekanannya makin cepat. Lady tak sempat mengeringkan rambutnya, dia pun hanya sempat mengambil handuk panjang. Dengan kaki yang masih basah, Lady berlari menuju pintu masuk lalu membukanya. Dia sembunyikan badan berhanduknya di balik pintu, takut orang yang masuk itu adalah lelaki selain Yuki.
Dan ternyata yang datang itu Yuki, “lama banget bukanya..?” katanya tampak kesal.
“sorry.. gue gak denger, lagi mandi.. bagus banget lo dateng, gue mau ngomong banyak..!” ujar Lady, dia menarik tangan Yuki dengan tangan kirinya, karena tangan kanannya memegangi lipatan handuk di dadanya. Lalu dia mengunci pintu. Yuki malah tak bisa memalingkan matanya dari Lady, baru kali ini dia melihat tubuh Lady yang basah dari ujung kepala sampai ujung kaki. Detaknya memburu cepat…
Lady segera berlari ke kamarnya, memakai celana dalam dan tanpa memakai bra, dia langsung memakai lingery sederhana dari bahan sutra warna abu-abu. Dia tak berpikir banyak, apalagi berpikir ada Yuki disini, dia hanya ingin membicarakan Midori dengan Yuki.
Sambil mengeringkan rambutnya, Lady menawarkan Yuki kopi, dan dia pun membuatkannya di dapur. Yuki menghampiri Lady lalu dengan lembut melingkarkan tangannya di perut Lady dan menciumi pundak serta leher Lady. Lady tak sempat lagi untuk mengelaknya. Apalagi ketika Yuki membalikkan Lady kearahnya dan menghentakkannya ke meja dapur. Salah satu tangan Yuki mulai masuk ke belakang tengkuk dan bibirnya langsung terbang ke bibir Lady. Tak lama bibirnya ada disitu. Lady terhenyak dan membuka matanya.
“eh.. gue mau ngomongin Midori dulu.. sini..!” Lady mengajak Yuki lagi duduk di sofa sambil membawa kopinya.
“kenapa sih.. buru-buru banget..!” kata Yuki sambil merayu dan mengelus telinga Lady dengan jari telunjuknya.
“gini.. Yuki sayang, tadi Midori marah-marah sama gue, karena Ken datang gak bilang-bilang terus berantem lagi, gue gak ngerti sama mereka berdua..” ujar Lady.
Yuki tersenyum, dia tak langsung merespon, hanya saja dia malah memeluk pinggang Lady dan menciumi pipinya, “terus…” katanya.
“gue bingung sama Midori, apa yang dia lakuin tuh gak kayak biasanya, gue ngerti kalo dia gak mau dicampurin urusan pribadinya, tapi kalo jengkelnya sampai separah ini.. bukan Midori..! Yuki, lo bisa bilang kira-kira alasannya apa..?” kata Lady, tapi Yuki malah makin nakal dengan bibirnya.
“gue gak tahu.. gue bukan Midori..” jawab Yuki polos.
Lady kesal, dia melepaskan tangan Yuki dan menjauh darinya, “gue minta pendapat lo.. tolong dong, gue gak enak hati sama Midori..! kok elo tenang-tenang aja..??”
“iya..iya.. gue sih nyantai aja..!” dan Yuki memang bersantai sekarang, dia mengambil bantal dan menyandarkan dirinya di sofa, “.. lo juga harusnya nyantai juga, Ken bisa ngatasin masalah ini sendirian setelah ini..!”
Lady mengernyitkan dahinya, “maksud lo..??”
“maksud gue gini.. Ken itu orangnya paling bisa nenangin diri sendiri, sebenernya dia gak perlu kita bantuin kayak gini, ini kan aneh.. tapi Hyde bisa nebak duluan.. katanya dia udah main hati, jadi gak bisa nenangin pikiran sendiri.. so, setelah kepalanya dingin lagi, dan juga hatinya, tentunya, dia pasti bisa ngatasin masalah ini..!” ujar Yuki dan Lady mencoba mencernanya.
“gitu ya..”
“iya.. jadi lo gak usah pusing mikirinnya.. sayang..!” Yuki mulai merayu lagi.

š›œ

Suara bel berbunyi di apartemen Lady. Sementara dia masih tertidur di dada telanjang Yuki dengan nyenyaknya. Namun, suara bel di pagi hari itu makin keras dan frekuensinya makin tinggi, Lady terpaksa untuk beranjak. Dia pakai lingery abu-abu yang tergeletak dibawah kasurnya dan berjalan menuju pintu. Baru saja dia membuka pintu, dengan mata yang susah terbuka, tamunya sudah mendorong Lady.
“wooi.. Midori..‼” seru Lady.
“oh my God.. you have to hear these..‼” Midori terus mendorong Lady sampai terduduk kasar ke sofa.
Tapi ternyata, Midori tak cepat-cepat bicara, dia malah menutup matanya, mencoba berpikir, memegangi keningnya dan mengatur nafasnya. Entah apa yang terjadi pada Midori, tak biasanya dia sekhawatir ini sama sesuatu.
“semalem gue ketemu Ken..!” kata Midori akhirnya.
Lady yang awalnya masih tak bisa tegak berdiri, mendengar nama Ken langsung membelalakkan matanya dan terhenyak, “what’s..???!” Lady benar-benar kaget. “tapi.. maksud lo apa..?”
Midori geleng-geleng kepala. Begitu ragu untuk menjawab.
Sementara itu, Yuki menyadari bahwa Lady sudah tak ada disisinya, dia pun mendengar Lady bicara diluar. Yuki bangun dan mendengar pembicaraan itu dibalik pintu.
“aneh gue.. dia telfon gue, lo tahu, jam 1 pagi, gue awalnya gak tahu, lo tahu, dia ngomong pengen ketemu gue dengan nada memohon, gue gak tega jawab nyolot lagi, tapi gue akuin gue masih kesel kan sama kejadian siangnya, and when I will answer, ada suara botol pecah, tiga kali kalo gak salah, dan telfonnya ditutup, gue gak pernah secemas ini dong.. gue gak tahu apa yang terjadi sama gue saat itu.. oh my God, it’s weird..‼” ujar Midori panjang lebar, terasa sekali bahwa Midori bicara dengan hati berdebar-debar.
Lady memandangi Midori yang tampak masih tak tahu apa yang harus dilakukan, “terus.. lo diem aja, gitu, lo temuin dia gak..??” tanya Lady terbata.
“iya.. gue buru-buru pergi, ke.. itu, ee.. danau di lower, something inside my heart, bilang gue harus ketemu dia kalau gak mau terjadi apa-apa sama hidup gue, gue gak tahu sesuatu itu apa, I have no idea.. never..!”
“that’s love..!” singkat Lady memotong.
“love..??? kata itu yang gak pengen gue denger dari mulut siapapun..‼” Midori memelototi Lady tajam.
Tapi Lady malah tersenyum, “cause there’s nothing but love.. lo tahu, berjuta kali lo kasih tahu gue, ketika gue gak tahu apa yang gue rasain, nothing but love.. nothing but love.. itu terus, sampe gue bosen dengernya, tapi ampuh. Ternyata ngasih ceramah ke orang lain tuh lebih gampang, ketimbang ngelakuinnya untuk diri sendiri..! so.. sekarang jangan gengsi atau dipendem-pendem deh..!”
“gue kesini emang pengen denger sesuatu dari mulut lo biar gue bisa keluarin semua ini..!” Midori bicara dengan lesu.
“apa..?? hey, kalo lo gak tahu apa yang lo rasain, lo ceritain aja dulu apa yang lo alamin sama Ken.. ntar gue simpulin, atau mungkin lo bisa nyimpulin sendiri..!”
Midori menarik nafas sebelum bicara, “semalem.. gue ketemu sama Ken, dia tatap mata gue, disitu jantung gue berdetak kenceng banget, gue gak tahan, sampe sekarang masih ada.. gue pikir dia udah gila pas dia bilang, ketemu gue adalah pengalaman teraneh, cewek pertama yang bisa nyiksa dia kayak morfin, that’s perfectly joy.. maksud dia apa, gue ampe gak bisa ngomong apa-apa.. dan sekarang gue mau ngaku ke elo, kalo sebenernya, gue juga ngerasain hal yang sama..! so.. kesimpulannya apa..?”
“simpulin sendiri..!” suruh Lady.
Midori mengernyitkan dahi, tampak berpikir keras, dan akhirnya kaget seperti melihat mayat didepannya, “oh shit..‼ gue tahu gue gila, but.. I love him.. is that right..??”
Lady tersenyum lebar, “absolutely..‼ gini, segala soal kalau diomongin itu pasti bisa kejawab.. terutama sama diri sendiri..! terus.. lo udah bilang sama Ken soal ini..?”
“boro-boro.. dia langsung pergi sebelum gue ngomong apa-apa, dan gue Cuma bisa diem, liat punggung dia ngilang..!”
“ya udah.. lo tenangin diri elo.. pasti ada takdirnya kalian untuk ngomong lagi.. oke..!” Lady merangkul Midori erat.
“oke.. thank’s so much.. ehm, lo jangan kasih tahu Yuki dulu soal ini ya..! or the other Ciel..!” ancam Midori.
Lady agak kaget, “itu tergantung, tadi elo ngomongnya terlalu kenceng apa enggak..!” Lady salah tingkah.
“hah.. maksud lo..??”
“ehm.. Yuki lagi tidur di dalem..!”
“hahh..‼‼” Midori begitu kaget, dia langsung berlari ke kamar Lady yang berada di belakang sofa yang diduduki mereka tadi.
Midori langsung membuka pintu berwarna putih itu, dan melihat Yuki tampak masih lelap dibalut selimut putih Lady. Itu membuat Midori bisa menarik nafas lega.

š›œ

Yuki dengan semangat menggebuk drumnya, dikarenakan tata lampu panggung yang begitu indah di Live kali ini. Ciel memainkan 4 lagu disana. Setelah itu, mereka disambut beberapa pers. Entah apa yang ingin mereka tanyakan.
“bagaimana rasanya menjadi nominator selama 3 kali berturut-turut di Music Awards, dan dua sebelumnya, kalian yang memenangkan.. apakah kali ini, kalian optimis akan menang..?” tanya sebuah stasiun televisi.
Tetsu menjawab, “berarti kita muka lama ya.. haha.. optimis banget sih enggak, yang lainnya juga bagus-bagus, ada band barunya juga.. jadi, gak banyak berharap lah..!”
“eeh.. soal ini nih, gosip yang kemaren, soal Hyde yang kepergok jalan sama cewek berambut merah.. kok gak dikenalin sih.. itu siapa..??” tanya salah seorang wartawan lagi.
Hyde tertawa, dia mendengar Yuki berbisik, “makanya kalo apel ke rumah..!” tapi akhirnya dia menjawab juga, “gak dikenalin..? Tetsu aja yang udah lama belum dikenalin kan, jadi, entar aja lah, barengan sama dia..!” lalu mereka berdua pun tertawa keras.
Selesai dengan pertanyaan yang bertubi-tubi itu, mereka pun beristirahat di hotel. Ketika itu, Hyde sedang sms-an dengan Aka sambil merokok, Tetsu pegal-pegal dan telungkup diatas kasur, Yuki baru selesai mandi, dan Ken masih menerawang jauh ke langit malam di balkon.
Yuki menghampiri Ken dan menawarkan rokok padanya, “gimana usaha lo..?”
“berakhir..!” jawab Ken singkat sambil menyulut rokoknya.
“heh.. gak ada kata berakhir buat cinta, man..!” kata Yuki menepuk pundak Ken.
“susah disatuin soalnya, kalo ketemu pasti berantem, nyolot lagi.. tapi masalahnya, selama ini gak ada yang kayak dia, dia tuh beda, dia bikin gue beda, ini bukan gue.. dia tuh kayak morfin, gue nyandu.. gue udah punya cewek beberapa kali, dan lebih banyak dari elo, tapi, gak ada yang kayak dia.. tapi, kita susah buat sama-sama..!” tutur Ken.
“tapi pertemuan lo yang terakhir, kalian gak berantem kan..?”
Ken menatap Yuki, “lo tahu darimana..??”
“gue pikir lo udah bisa ngendaliin diri lo sendiri waktu itu. Hey, Midori itu gak kayak Lady, dilembutin malah ngigit, dikasarin kabur.. Midori itu bukan elang, dia burung dara yang terbang bebas dan gak mau diganggu kehidupannya, tapi kalo ditembak pake cinta dan logika, gak lama juga jatuh dipelukan elo..!” ujar Yuki, “Midori gak punya masa lalu yang pahit, masalah hidup yang kompleks, atau pengalaman cinta yang buruk, gak ada.. kalian berdua sih cuman soal kepala batu aja, sama gengsi tentunya, juga.. kesan pertama yang emang gak bagus, itu faktor utamanya.. udah ah, gue mau nelfon dulu, biar bisa tidur..!” lanjutnya, lalu Yuki pun terbaring di kasurnya.
Ken masih menghisap rokok dan melihat jauh ke arah temaram kota. Rasa yang dia rasakan pada sosok wanita cantik satu ini benar-benar membuatnya merasa hebat, dengan berjuta perubahan yang drastis di jiwanya. Midori yang sempat membuatnya kesal dan benci, berubah jadi cinta, secepat ini. Benar-benar aneh.
Dari ketiga personil Ciel lainnya, Ken punya begitu banyak pengalaman dengan wanita. Dia pun pernah dicap playboy karena 3 kali pacaran dengan jarak waktu yang lumayan dekat, padahal Ken itu sedang beruntung menemukan sosok wanita di hatinya. Pacar-artisnya pun ada beberapa. Tapi Ken adalah personil yang paling ramah, karenanya banyak yang ingin didekatnya, walau tampangnya tidak se-cute Tetsu, se-cool Yuki, atau se-handsome Hyde, tapi juga yang lainnya tidak se-charming Ken. (v^o^v)

š›œ

“Ken.. lo mau ikut kita makan malem ga..? daripada disini sendirian, ditemenin hantu baru tahu rasa lo..!” seru Hyde yang sedang merapikan jas kulit Tetsu, pada Ken yang masih anteng menonton tv dengan kaos singlet dan boxer-nya.
“aah.. udahlah, kalian kan mau ‘triple-date’ jangan ajak-ajak gue..‼” ujar Ken. Tapi saat itu juga, begitu terdengar keras suara perut keroncongan Ken.
“tuh kan.. disini gak ada makanan lho.. lo bisa mati kelaperan, lagian, kita gak nge-date bareng-bareng kok, cuman makan malem bersama, dan nantinya pisah deh..!” tutur Yuki yang baru keluar dari kamar mandi.
“sama aja, oke.. mau makan malem bersama, atau apalah, kalian tuh kan bareng cewek-cewek kalian, dan gue…” belum Ken mengakhiri perkataannya, perutnya sudah keroncongan lagi.
Hyde, Tetsu dan Yuki serentak tertawa bersama-sama, “udah.. gak perlu gengsi-gengsian, sekarang lo ganti baju, kita tunggu di mobil..!” kata Yuki.
Akhirnya Ken tak punya pilihan lain, dia pun memutuskan untuk ikut ketiga temannya. Mereka pun pergi ke restoran china diatas danau di lower.
“oi..oi.. kok kita kesini..?” tanya Ken agak cemas, menepuk-nepuk pundak Tetsu yang menyetir.
“emang kita janjiannya disini.. kenapa sih lo, ribet gitu..?” ujar Tetsu.
Ken tak menceritakan dia pernah ke tempat ini menemui Midori, “ennggak apa-apa…” katanya datar.
Mereka akhirnya masuk ke dalm restoran itu. Mereka sudah membooking satu private room. Disana ternyata sudah ada Lady, Kuro dan Aka. Tampak Ken paling belakang masuk, dia melihat sekeliling ruangan, mencari sesuatu, lalu mengelus dada tanda lega, karena yang dicarinya tak ada.
Ken tersenyum lebar, lalu duduk disamping Aka. Mereka duduk di meja bundar, tampak satu kursi kosong diantara Ken dan Yuki, tapi tak dia pedulikan, “eh.. thank’s ya udah ngajakin gue makan, soalnya gue laper banget..!” ujar Ken pada semua yang ada disitu. Mereka pun hanya menjawab dengan senyuman hangat.
Terdengar seseorang membuka pintu, “hai.. sorry gue telat..!” serunya. Dan semua orang sontak menoleh ke arah suara itu.
Ken begitu kaget ketika Midori datang, mereka pun akhirnya saling pandang, tapi ketika Lady menyuruh Midori untuk duduk, Ken memalingkan pandangannya. Ken begitu cemas dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Sempat terlintas di benaknya untuk pergi saja dari tempat itu, tapi pasti akan menghancurkan kencan teman-temannya.
Tapi tak begitu dengan Midori, dia tampak asik-asik aja dengan keadaan ini. Dia bercengkrama dengan yang lainnya. Midori malah sempat menawarkan makanan pada Ken sepintas. Sementara Ken, agaknya nafsu makannya berkurang, dentuman jantungnya makin tak tertahan, agak sakit, menyelak di tenggorokan hampir mengeluarkan air matanya, sampai refleks Ken memegangi dadanya.
“Ken.. lo kenapa..?” tanya Tetsu.
Ken kaget, dia pura-pura batuk, “sorry.. kayaknya gue masuk angin, tapi, nyantai aja..! gue ke toilet dulu..!” ujarnya.
Ken pun pergi. Di toilet, dia hampir saja memukul kaca, tapi tidak jadi. Dia merasakan ada sesuatu dalam dirinya yang ingin dia keluarkan saat ini juga. Entah apa yang menghalanginya sampai tak bisa sesuatu itu keluar. Beberapa saat Ken disana, dia pun kembali lagi ke tempatnya makan. Renungan tadi sudah agak menenangkan dirinya, dia pun bisa sedikit tenang berada di samping Midori.
Ketika ketiga pasangan sedang berbicara agak keras, tiba-tiba Midori bicara pada Ken, “I wanna talk to you..” hampir berbisik.
Ken kaget, dia sadar semua yang ada disitu tak menyadari omongan Midori. Ken menatap Midori disampingnya dan dia tampak pura-pura tak mengatakan apapun. Ken pun hanya mengangguk. Agak tak mengerti dengan wanita disampingnya ini. Agak berubah.
Waktu menunjukkan pukul 8.30 malam. Mereka pun akan melanjutkan ke tempat tujuan masing-masing. Di luar, Yuki begitu saja melemparkan kunci mobil pada Ken, “nah.. ada untungnya juga kan lo ikut, lo bisa pake tuh mobil..!” kata Yuki.
“hah.. sialan, bilang aja biar ada yang bawa nih mobil ke markas.. dasar..!” balas Ken geram.
“oke.. gue berangkat dulu yah..!” ujar Hyde sambil pergi ke arah barat menggandeng Aka. Lalu diikuti oleh yang lainnya namun ke arah yang berbeda.
“bye.. have fun ok..‼” seru Midori yang entah sudah berapa lama ada tepat disamping Ken, yang jelas Ken tak menyadarinya.
Midori melihat jauh ke depan, ke arah teman-temannya yang tampak bahagia berjalan bergandengan tangan dengan pacarnya masing-masing. Sementara Ken yang tingginya hampir 15 cm diatas Midori, memandangi kepala Midori dengan rambutnya yang ber-highlight hijau tua sesuai dengan namanya.
“so.. where do we go..??” tanya Midori tiba-tiba, menoleh ke arah Ken, membuyarkan tatapan Ken yang tak bisa lepas dari wajah Midori.
Mata mereka sekarang beradu, dua mata yang ramah namun raut wajah yang sama-sama tajam itu saling berhadapan. Detak jantung mereka saling berkejaran mempercepat satu sama lain. Kalau saja Ken tak bisa mengendalikan dirinya cepat, dia bisa sekarang juga menarik Midori ke suatu tempat dan ‘menyerangnya’ disana.
“mmh.. gue..gue.. gak tahu, kamu..kamu aja yang nentuin..!” Ken terbata mengucap beberapa patah kata itu. Benar-benar menyiksa sesuatu yang tertahan ini. Cinta ini.
Midori tertawa kecil, “udah bilang ‘gue’.. kok ujungnya ‘kamu’..!”
Ken terhenyak, se-‘salah-tingkah’ itukah dirinya, “eeuuh…”
“gimana kalo ke tempat kamu aja, rumahku jauh banget dari sini..!” Midori memotong apa yang ingin Ken bicarakan, padahal Ken juga ingin mengajak Midori ke tempatnya. Dia mendengar satu kesamaan lagi pada diri Midori dengan dirinya, dari cara bicaranya yang sekarang ini, membuat dada Ken berdebar.
“oke..” Ken menyetujui, dia mengajak Midori untuk masuk ke sedan hitam milik salah seorang manajer Ciel, dan langsung menuju high-apartment dimana Ken tinggal untuk sementara karena dia pun sebenarnya sudah punya rumah sendiri.
Sepanjang perjalanan, Ken tidak berusaha untuk membuka pembicaraan dengan sepatah kata pu, tidak. Hanya Midori yang melontarkan beberapa pertanyaan yang jawabannya hanya ‘iya’, ‘tidak’, ‘boleh’ atau ‘aku gak begitu tahu..’. Ketika Ken baru saja memarkirkan mobilnya dan mau membuka pintu, terdengar olehnya Midori tertawa sendiri.
“kenapa…?” tanya Ken.
Midori menggeleng, “enggak.. kita ke lantai berapa nih..??”
“lantai 5..” jawab Ken singkat.
Mereka pun naik lift, disana mereka hanya berdua, menuju lantai 5 dan berjalan di koridor mencari kamar no.34. Pintu berwarna emas yang elegan. Dan ketika masuk pun, tampak satu ruang tamu dengan lampu bernuansa kuning keemasan dimana disana sedikit sekali tembok karena dipenuhi oleh kaca yang langsung tampak keindahan malam kota yang masih hilir mudik malam-malam begini.
“emmh.. silahkan duduk..!” pinta Ken. Batinnya bilang, dia sedang salah lagi.
Midori tertawa kecil lagi, “formil banget.. anggep aja aku temen kamu gitu..! boleh aku duduk di luar..??” Midori malah menunjuk balkon.
Ken mengangguk, dia membukakan pintu balkon dan mempersilahkan Midori duduk di kursi empuk warna coklat disitu. Sementara Ken ke dapur untuk mengambil dua kaleng minuman seadanya. Dia membenturkan kepalanya sendiri ke pintu lemari es.
Kenapa gue bisa se-‘salting’ ini sih.. kenapa juga dia musti berubah dari cewek galak jadi cewek yang ramah kayak gitu.. oh my God.. jantung gue mau copot sekarang juga..!
Ken menarik nafas panjang, membuka jas panjangnya dan hanya memakai kaos singlet hitam kesukaannya. Dia membawa dua minuman itu dan sebuah asbak ke meja di depan Midori duduk.
Midori sedang berkutat dengan ponselnya dan berdiri untuk berbicara dengan seseorang di seberang sana, hampir 10 menit Midori berbicara di ponsel sementara Ken dengan tenang menghisap rokoknya. Setelah itu, Midori duduk lagi di sebelah Ken. Mulailah keheningan itu datang lagi, hanya angin yang berhembus dan suara deru mobil dari jalanan yang terdengar oleh mereka.
“I thought you wanna talk..?!” akhirnya Ken bisa membuka pembicaraan di malam yang sepi ini.
Midori tersenyum menatap Ken, “enggak banyak.. aku Cuma mau mengantar maaf dan nunggu kamu memberikan maaf…” ujar Midori.
Sepi lagi. Mata mereka beradu. Tak berapa lama, akhirnya mereka berdua sama-sama tertawa. Mereka sadar mereka sudah begitu dewasa, dan kedewasaan itu bisa-bisanya dipermainkan cinta. Mereka lengah kali ini, mereka sadar mereka telah kalah. Kedewasaan bukan satu-satunya alasan untuk bisa menghadapi apapun, mereka harus punya rasa untuk bisa mengendalikan cinta, bukan dikendalikan cinta. Tapi ada saatnya kita harus berada dalam kendali sang cinta agar pikiran kita bisa dengan cepat menyadari bahwa rasa cinta itu memang ada dalam dirimu, untuk kau berikan pada seseorang.
“baru kali ini gue gak ngerti sama pikiran gue sendiri..” ucap Ken.
“gue jadi inget kata-kata Lady, kalau ceramahin orang lain tuh gampang, tapi ngelakuinnya sendiri itu susah.. dan gue ngalamin itu, gak nyangka juga.. gue pikir gak akan ada saatnya gue duduk-duduk gini, sama elo dan ngobrol.. karena, apa ya.. yang kemarin-kemarin itu kan kenyataan..!” Midori berkata dengan tenang, tapi masih sedikit ada debaran karena yang disampingnya ini adalah cinta itu.
Ken membuang abu rokok ke dalam asbak, “kalau gue malah berasa yang kemaren itu mimpi lho..”
“oh ya..!!” Midori kaget, ternyata mereka berdua memang beda, tapi pasti ada satu hal yang bisa menyatukan mereka, perbedaan itu.
“iya.. dan sekarang gue udah bangun dari mimpi itu, beda banget.. kenyataan itu adalah yang sekarang ini.. elo..!” Ken menancapkan matanya tepat di mata Midori yang memakai soft-lens hijau tua.
Pikiran Ken mulai terfokus pada wanita di depannya ini. Rambut panjang berwarna coklat keemasan dengan highlight hijau, diikat rapi tanpa poni, wajah yang putih tidak pucat, soft-lens hijau, lipstik gold tipis, anting bulat besar, tampak feminin, tidak tersirat bahwa dia adalah seorang drummer band cadas. Midori pakai tank-top kuning dan celana jeans biru, sepatu high-heels gold-nya masih melekat di kakinya yang jenjang. Namun raut wajah Midori itu yang membuat Ken begitu terpaku. Dia berbeda dengan wanita-wanita yang pernah dikencani Ken.
“elo tuh beda…”
“beda dari cewek-cewek lo sebelumnya..?”
Ken tertawa, mereka berdua tertawa, “iya juga, sih..”
“cewek-cewek lo sebelumnya lebih cantik, lebih feminin, lebih punya perhatian..”
“sst..sst..” Ken menyuruh Midori diam, menempelkan jarinya ke bibirnya sendiri, “..dengerin dulu, cewek-cewek gue yang dulu, Cuma punya modal itu, tapi gak ada yang bisa sambil main drum kayak elo.. emang kenapa lo lebih milih drum…??”
“gue udah kenal Lady dari kecil, dan gue sering lihat papanya Lady main drum, keren banget, akhirnya gue diajarin deh, selanjutnya karena papanya Lady gak terlalu percaya gue serius di dunia ini, akhirnya gue nge-les sendiri deh.. tapi seru, elo sendiri.. kenapa lo bawa-bawa stick drum..??” Midori menekankan kata-kata terakhirnya, pertama kali takdir itu datang.
“Ciel kan lagi ada proyek ganti aliran, so.. kita juga ganti posisi, Hyde jadi gitaris, Tetsu jadi vokalis, Yuki jadi bassist dan gue di drum.. kebetulan gue pernah juga belajar drum.. eh, emang bener ya Lady itu anaknya salah satu personil Blace, band tahun 70-an..??”
“ya itu, papanya Lady itu drummernya.. band keren jaman dulu, kata nyokap gue.. nyokap gue nge-rock juga loh ternyata jaman dahulu..!!”
“sama.. bokap gue punya piringan hitamnya loh, masih bagus di rumah.. oh, ternyata ada penerusnya juga toh.. untung di Yuki dong, bisa cepet ngegaet hati mertua…”
Mereka berdua tertawa lagi, Midori akhirnya bisa melepas masa-masa wajahnya ditekuk, “eh, ngomong-ngomong lo seneng gak gue ada disini..??” tanya Midori tanpa raut serius.
Tapi Ken mendengar pertanyaan ini begitu serius, hatinya berdebar kencang lagi, “ya.. seneng lah, bisa menjalin satu hubungan baik sama elo, gak berantem lagi..”
“oke.. kalo gitu, gue gak bisa lama-lama soalnya.. gue musti balik, rumah gue jauh soalnya..” Midori pun berdiri.
Ken merasa dia tak ingin Midori pergi dari sini, tapi dia punya keyakinan akan bertemu Midori lagi dan mengungkapkan seluruh perasaannya di waktu yang tepat, “gue anterin ya..!” pinta Ken.
“kalo gak ngerepotin..”
Akhirnya Ken pun mengantar Midori dengan mobil sedan hitam yang tadi dipakainya dari restoran. Di jalan, mereka mengobrol lagi tentang kehidupan mereka sehari-hari dan dari situ, mereka tahu bahwa percakapan itu mengarah pada haruslah mereka bersama.
Setelah sampai di rumah Midori, Ken membukakan pintu mobil untuk Midori, “makasih ya.. tahu jalan pulang kan..??” tanya Midori memastikan.
Ken hanya mengangguk, mata mereka beradu lagi, mereka hampir salah tingkah lagi hingga tiba-tiba Ken mencium Midori, maksudnya cium di pipi, tapi karena Midori melengos sedikit, Ken jadi mencium bibirnya. Mereka berdua benar-benar kaget. Tanpa bicara apa-apa, Ken langsung pergi dengan mobilnya, takut tingkahnya jadi begitu memalukan di depan Midori, sementara Midori tidak mau memperlihatkan wajahnya pada Ken malah berharap Ken segera pergi dari hadapannya karena sama-sama malu juga.

š›œ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar