Pages

And so i play my guitar, I always play my guitar. Karamiau saigetsu wo tadoru tabiji de. Mabuta ni kanjiru yuuitsu no honoo. Natsu no nagori wo utsusu mina no ne. Hanatsu senritsu yo tooku tooku kanawanakutomo ~Loreley~

2010/04/23

[Sexy07] Red Heaven

Eyes don’t lie… heart can be cheating



Aka menulis di sudut meja, ditemani rokok mild diapit kedua jarinya dalam keadaan remang-remang. Kesendirian selalu menjadi kegelisahan untuk kembali ke dunia di masa lalu, masa yang tak mungkin kembali, masa yang membuat seluruh dillema itu tak mau pergi.
Hingga kini sudah 8 tahun berlalu, semenjak itu hanya tulisan-tulisannya yang selalu membuat dia mengingat sebuah kenangan yang menurutnya begitu indah, masa remaja yang sama seperti remaja-remaja lainnya. Bertanya-tanya tentang cinta dan ingin merasakannya. Dan Aka kebagian masa itu, dia jatuh cinta. Dan cintanya mungkin terbalas, tapi tak pernah diungkapkan. Tapi, mengapa rasa itu harus ada sampai sekarang ?
Jam wekernya berbunyi, pukul 3 sore. Aka ada janji hari ini untuk memenuhi undangan sebuah panti asuhan. Aka memakai sweeter merahnya dan mengambil sebuah gitar akustik diantara 10 bass yang ada disitu dan memasukkannya ke kantung gitar, lalu dengan terburu-buru berjalan keluar lewat pintu belakang apartemennya.
Aka tak sengaja menendang pot kembang yang ada di tangga. Pot itu jatuh dan sepertinya menimpa seseorang dibawahnya. Aka dengan cepat menuruni 6 anak tangga dan ternyata ada dua orang disana, dan salah satunya terduduk kesakitan memegangi keningnya.
“sorry.. gue gak sengaja..!” kata Aka merasa bersalah.
Orang yang tak terluka menoleh pada Aka. Lalu mereka berdua sama-sama kaget melihat satu sama lain, mereka saling memandang.
“Tetsu…” gumam Aka.
“Aka..” gumam lelaki yang bernama Tetsu itu.
“wooi… tolongin gue.. sakit nih..‼” seru orang yang terluka tadi.
Aka dan Tetsu segera menolong orang itu. Aka menatap orang itu dan dia begitu mengenalinya, “Hyde.. aduh, gue bener-bener gak sengaja..!”
Tetsu dan Aka membawa Hyde ke dalam apartemen Aka. Disana Aka merawat Hyde dengan hati-hati. Sementara itu Tetsu terus memandangi Aka.
“Aka.. lama gak ketemu, lo kemana aja..??” tanya Tetsu.
“gue.. gue ada, lo-nya aja yang sibuk, band terkenal..‼” canda Aka, dan mereka berdua tertawa.
“eh.. lo berdua pada kenal..?” tanya Hyde tiba-tiba.
Aka menatap Hyde. Dia tak menyangka akan bertemu dengan vokalis terkenal di seluruh negeri ini. Hyde bukan hanya seorang vokalis yang asal menjual tampang, tapi dia juga punya suara khas yang tak dimiliki oleh vokalis lain. Sebenarnya, Aka sangat mengagumi pria ini.
“iya.. ini Akai Kurumi, dia temen satu les bass gue waktu jaman sekolah dulu, dan dia ini saingan gue waktu itu, soalnya maennya keren banget.. tapi, gue kehilangan jejak dia setelah gue bikin band pertama…” ujar Tetsu.
“haha.. gue pindah barengan kakak gue, dia punya studio musik dan recording.. dan lo tahu gue pindah kemana..? gue pindah ke ibu kota..” jawab Aka.
“hah.. lo pindah ke ibu kota..? kenapa kita gak pernah ketemu..!”
“lo kan punya band terkenal…! Eh, ngapain kalian Cuma berdua disini.. gak pada bawa bodyguard…???”
“Hyde nih.. dia pengen jalan-jalan di kota ini tanpa pengawalan, dia pengen bebas katanya.. gak tahunya malah celaka sendiri..!” kata Tetsu.
“biarin lagi… kalau gak kayak gitu, gue gak bakal ketemu sama cewek cantik ini..” rayu Hyde pada Aka, Aka tersenyum sambil geleng-geleng kepala, “..lo cantik banget pake warna rambut merah..”
Kali ini kata-kata Hyde begitu sampai ke hati, dia menatap Hyde dan dari tatapan itu malah membuat Hyde tak bisa berkutik. Mata Aka tampak bersinar dan hal ini baru sekali ditemukannya. Mereka saling tatap beberapa lama dan dari kedua pasang mata itu telah mencair berjuta rasa yang membeku.
“wooi… gue dicuekin..‼!” seru Tetsu.
Aka dan Hyde kaget. Mereka jadi salah tingkah sekarang. Sementara itu Tetsu tertawa lalu melihat ke sekeliling apartemen Aka. Dia melihat asbak dan puntung rokok yang habis setengahnya diatas sebuah buku diatas meja. Lalu di sudut lain ada berbagai macam bass. Tetsu berjalan ke arah bass-bass itu dan mencobanya satu-satu.
“bass lo udah banyak juga.. gue masih inget lo pernah nangis karena bass yang lo pengen beli udah dibeli orang…!” ujar Tetsu.
Aka hanya tersenyum. Sementara itu Hyde masih saja memandangi Aka. Tiba-tiba Aka menepuk keningnya dia baru ingat kalau hari ini dia ada janji.
“aduh.. sorry gue harus pergi sekarang juga, bukannya gue gak suka ketemu kalian.. tapi.. sekarang aja gue udah telat…” Aka tampak begitu cemas.
“oh.. ya udah, lo ada janji dimana…?”
“ada janji di salah satu panti asuhan..” Aka segera mengambil kembali gitarnya lalu karena dia lupa membawa rokok, dia mengambil sebungkus rokok diatas meja tulis tadi.
“emh.. kalo gitu kita anterin aja.. mobil kita deket sini kok..!” Hyde menawarkan diri membuat Tetsu terheran.
“gak usah.. ntar ngerepotin..!”
“gak apa-apa.. iya kan Tetsu..??!” pinta Hyde dengan mengedipkan sebelah matanya.
“oke..”
Mereka pun mengantar Aka ke tempat tujuan. Tetsu menyetir sekarang, karena Hyde masih merasakan sakit di kepalanya. Di jalan, Hyde duduk di samping Tetsu dan Aka bersama gitarnya di belakang.
“Aka.. gue minta nomor handphone lo..!” kata Hyde diselingi dengan Tetsu yang berdehem.
“oh my God.. gue gak pernah berpikir bakal dimintain nomer handphone sama artis..” canda Aka.
“adanya kan Arjuna Mencari Cinta, sekarang jadi Artis Mencari Cinta..” kata Tetsu menggoda Hyde.
“sialan…” Hyde mengguncang kepala Tetsu.
Tak lama, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Sebuah panti asuhan besar dengan gaya arsitektur klasik roma.
“gue berasa pernah lihat nih tempat deh…!” kata Tetsu berusaha mengingat sesuatu.
“ah elo.. selalu berasa-berasa padahal enggak..!” balas Hyde.
“emh.. makasih ya, gue gak tahu gimana jadinya kalau gak ada kalian..! thank’s banget..!” kata Aka, lalu dia pun keluar dari mobil dan berlari kecil untuk sampai ke gedung panti tersebut. Ketika Aka berlari, Hyde tak berkedip memandangi Aka.
“lo rasa apa..?” tanya Tetsu akhirnya.
Tanpa memalingkan pandangan Hyde menjawab, “ gue rasa gue jatuh cinta pada pandangan pertama..!”



Aka akhirnya sampai di dalam aula panti asuhan. Disana sudah ada empat orang yang menunggunya. Aka tampak merasa tak enak pada orang-orang itu.
“bu… maaf, saya terlambat..!” kata Aka.
“oh.. Akai.. gak apa-apa, Aoi juga baru datang..” jawab ibu yang berperan sebagai kepala panti. Dia memperkenalkan seseorang pada Aka, dia juga membawa gitar di bahunya, “Akai.. ini Aoi, dia yang sering ibu ceritakan, dia juga pernah membawakan beberapa lagu untuk kesenian di panti ini..!”
Aka dan Lady berjabatan tangan. Waktu itu Aka bertemu seseorang dari panti asuhan ini dan memintanya untuk mengiringi anak-anak bernyanyi karena Lady susah dihubungi waktu itu, lalu sekarang Lady kembali lagi dan panti asuhan bisa menerima alasan Lady dengan terbuka.
Setelah itu, Aka dan Lady bersama-sama mengiringi anak-anak untuk terakhir kali, karena kepala panti sudah mendapatkan guru kesenian asli untuk mengajari anak-anak menyanyi dan bermain musik. Setelah selesai, mereka berdua pulang bersama-sama.
“lo suka maen dimana..?” tanya Lady.
“gue lagi sendiri aja, kadang bantuin recording kakak gue..!” jawab Aka.
“emang lo megang apa..?”
“gue kadang di gitar, tapi tetep skill gue di bass..!”
Lady tercengang, akhirnya dia mendapatkan juga seorang bassist, “wah.. lo bassist. Kalo gitu, lo mau ikut band gue..?” tanya Lady antusias.
“lo punya band…? Alirannya apa..??” Aka bertanya balik tak kalah antusiasnya.
“apa aja sih.. lagian sekarang kita belum nemuin vokalis yang cocok, emh.. besok lo mau ikut gue ke pub..?”
“oke.. thank’s ya udah ngajakin gue..‼” ujar Aka bersemangat, “..by the way, warna rambut lo keren, birunya pas..!”
“oh ya, makasih, rambut lo juga seru, berasa hot and bravery, habis ini lo panggil gue Lady aja.. itu nama gue…!”



Lady, Midori, Kai dan Kuro hari ini berkumpul di apartemen Lady, tapi Lady sendiri belum juga datang, dia sudah telat 15 menit dari yang dijanjikannya. Sambil menunggu Lady datang, Midori menceritakan kehidupan mereka pada Kuro. Dari mulai mereka yang suka merokok, (mereka tanya apakah Kuro bermasalah sama perokok, tapi ternyata dia sudah terbiasa hanya saja dia itu tidak merokok) bertato, Cuma punya satu teman laki-laki (Kai-red) sampai mereka yang begitu tergila-gila sama musik.
Akhirnya bel itu pun berbunyi, Midori membukakan pintu, Lady ada disana bersama seorang wanita memakai tank-top putih, celana kargo panjang, berambut pendek warna merah dan punya piercing dibawah bibirnya.
“kemana aja lo..?” tanya Midori.
“jemput yang baru…” jawab Lady sedikit dan langsung menuju kedua temannya yang lain.
“nah guys… hari ini personil band kita bakalan lengkap, gue udah bawa seorang bassist ber-skill tinggi tentunya, dan dia adalah Aka…” Lady memperkenalkan Aka pada yang lainnya, mereka pun satu persatu menjabat Aka.
Setelah itu, akhirnya mereka merayakan kedatangan dua personil baru mereka, bersama beberapa kaleng minuman dan makanan. Waktu itu dijadikan mereka sebagai hari keakraban, dimana mereka bisa mengenal satu sama lain. Di waktu itu juga, Kuro bercerita tentang mimpinya menjadi penyanyi, tapi bukan artis, yang penting dia selalu bisa bernyanyi dimanapun itu, dia juga cerita kalau dia itu dipecat dari café dimana dia bernyanyi sebelumnya, segala hal tentang hidupnya sebelum disini, kecuali tentang kisah cintanya saat ini.
Sementara itu Aka pun bercerita tentang dia yang sudah dari kecil tertarik untuk membetot bass sampai ikutan les segala dimana isinya cowok semua, dia juga bercerita tentang dia yang jadi additional player beberapa penyanyi di recording kakaknya, dia pun bercerita tentang dia yang sama-sama suka merokok dan suka menulis, tapi dia tak bercerita tentang kisah cintanya.



Aka terbaring di atas kasurnya, pukul 12 malam dia belum bisa memejamkan matanya sama sekali. Semua karena pertemuannya dengan Tetsu dan Hyde tempo hari, hal itu yang membuatnya tak bisa tidur. Dia berharap bisa bertemu lagi suatu hari nanti, itu hal yang ingin dicapainya saat ini. Lalu ketika Aka memejamkan mata, mengapa Hyde yang ada di pikirannya. Bukan yang lain.
Tiba-tiba handphone-nya berbunyi, dan disana tertera nama Hyde. Aka terperanjat, dia tak menyangka, baru saja orang itu dipikirkan, sudah menghubungi lagi.
Aka mengangkatnya, “halo…”
“halo.. ini Aka…?” tanya Hyde mempertegas.
“iya.. Hyde, ada apa…?” tanya Aka.
“oh.. gak ada apa-apa, sebenernya gue Cuma kangen sama cewek berambut merah…”
Aka tertawa, dia tahu itu adalah rayuan Hyde, tapi entah mengapa Aka merasa ingin terus mendengarnya, “oh gitu… tahu gak, gue juga tadi hampir aja mikirin lo…!”
“oh ya.. “ Hyde antusias, “kenapa hampir..?”
“elo sih keburu nelfon..! by the way, kok belum tidur..?”
“belom, tadi habis ada Live, emang lo gak lihat..?”
“tadi..? gue lagi di suatu tempat, gue baru aja dapet band baru..! eh, kok jadi cerita ya…!”
“haha.. oh ya, selamat deh.. maen dimana…? Entar gue mau lihat ah..!”
“jangan…‼!” kata Aka refleks.
“kenapa jangan…?” tanya Hyde heran.
“eh.. boleh deng, cumannya gue maennya di pub yang rame banget.. ato kapan-kapan aja yah, nanti gue undang lo deh, janji…!” Aka menjelaskan.
“oke, gue tunggu.. tapi, gue harap kita bisa ketemu waktu dekat ini, soalnya ternyata gue gak tahan buat ketemu lo lagi semenjak lo jatuhin pot kembang di kepala gue…!”
Aka terdiam mendengar kata-kata itu. Apa yang dilakukan lelaki ini padaku, dia begitu bisa menyapu bersih semua kenangan ketika kenangan itu baru datang lagi.. hebat sekali…‼!



“lo ngerokok juga yah…?” Hyde bertanya. Dia begitu gembira ketika mendengar Aka mau menemuinya hari ini. Hyde merelakan lagunya yang belum selesai, padahal deadline-nya hampir tiba.
“iya.. lo ada masalah..??” Aka balik bertanya.
“enggak.. sama sekali enggak, dari awal juga gue udah nyangka.. lo itu bukan tipe cewek lembut dan suka keromantisan, untungnya gue juga kayak gitu…!” ujar Hyde.
Aka terdiam, tapi dia tak tersinggung dibilang seperti itu, malah dia berpikir, lelaki disampingnya ini belum mengenalnya tapi kesan pertama yang didapatnya hampir benar.
Aka tersenyum, “emh… lo tuh to the point banget yah..! gue sampe sekarang gak nyangka kalo elo tuh orang yang sama dengan yang sering gue lihat di tv, dulu gue Cuma bisa berandai-andai bisa ketemu sama elo soalnya elo kan temen satu band-nya Tetsu, tapi gak kesampean aja.. dan sekarang, gue bisa ngobrol gini.. gue pikir, ada faktor apa nih..??” ujar Aka.
“yang jelas bukan faktor luck atau kebetulan.. gue yakin pertemuan ini lebih dari apa yang kita pikirin..!” Hyde menatap tajam mata Aka, membuat Aka menjadi lebih keras berpikir tentang lelaki ini.
“maksud lo..??”
“emh… sekarang lo tatap mata gue…!” kata Hyde dan dituruti oleh Aka, “.. terus elo dengerin gue ngomong..” Aka mengangguk, “..ada faktor rasa yang mempertemukan kita hingga saat ini, rasa yang tiba-tiba aja datang hingga sampai daun-daun kering berubah menjadi salju, sampai saat itu gue bakal terus percaya dan ingat kalau semua itu datang dari mata elo..! rasa itu datang ketika tatapan gue menangkap sebuah sinar dari mata elo..!”
Mereka berdua terdiam, Aka begitu bisa mencerna kata-kata Hyde tadi dan itu pun menyadarkan dirinya bahwa dia pun merasakan hal yang sama selama ini, tapi mengapa Aka mengeluarkan kata-kata ini, “gue.. gak ngerti..!”
Hyde salah tingkah, dia pun memikirkan lagi kata yang tepat untuk mengungkapkan ini dengan segera, “elo adalah orang yang bisa bikin gue menemukan tangga menuju langit… elo adalah orang yang bisa bikin gue menemukan indahnya cinta yang selama ini gue pengen.. elo adalah cinta itu sendiri..!”
“elo mau bilang, kalo elo cinta sama gue…”
“euh.. iya..‼”
Aka tertawa, Hyde jadi lebih salah tingkah, “kenapa gak bilang langsung aja, terlalu berbelit-belit tahu..!”
“sorry deh kalo gitu…” Hyde tertunduk.
“tapi gue suka kok, ternyata hobi kita samaan yah…!” ujar Aka membuat Hyde terhenyak.
“elo beneran suka..??”
“iya.. gue juga gak bisa tidur karena mikirin elo.. sejak pertama kali kita ketemu, gue gak bosen lihat lo di majalah sama di tv..!”
“Aka.. can you accept me…?!” Hyde meminta kali ini.
Aka terdiam sangat lama, membuat Hyde tak sabar menunggu. 2 menit, 3 menit, 4 menit, 5 menit, tanpa ada satu katapun dari mulut masing-masing. Hanya suara orang berlalu-lalang, angin yang menghembus daun diatas kepala mereka, dan suara kendaraan jauh disana.
“sure…!” akhirnya suara Aka keluar dilanjutkan dengan senyum dan tatapan manisnya.



Aka menari-nari di trotoar menuju pub dimana dia manggung kali ini bersama band barunya yang belum punya nama. Entah mengapa hatinya merasa lega, dan kenangan itu, walaupun masih ada terasa tak berarti lagi.
Sesampainya di belakang panggung, Aka masih tertawa-tawa sendiri, keempat temannya yang lain sampai aneh dibuatnya, “kenapa lo..? ketiban bintang lo..?” tanya Midori.
“hah.. emang kenapa gue..? gak kenapa-napa..!”
Kuro ikutan tertawa, “ketawa sendiri itu banyak artinya, kalo bukan Cuma lagi seneng aja, berarti dia lagi jatuh cinta, atau emang dia lagi gila…!”
“sialan..!” seru Aka, mereka pun saling timpuk dengan bantal, “eh.. Kuro, lo udah punya cowok..?” tanya Aka.
“tuh kan.. gue bilang juga apa, lo lagi jatuh cinta..!”
“eh.. lo cukup jawab pertanyaan gue kenapa sih..!”
“iya..iya.. udah, emang kenapa..?”
“kalo Lady…?”
“udah.. emang kenapa..?”
“jangan tanya gue…‼!” seru Midori memotong.
“gue baru aja jadian…!” ujar Aka. Dia begitu ingin bercerita banyak tentang cintanya ini sedari tadi.
“sama siapa…?” tanya Kuro.
“sama cowok lah… elo sendiri, pacar lo siapa..?”
“ya cowok lah..!”
“tuh kan..!”
“udah deh gak usah ngebahas cowok.. disini ada cowok juga, gak usah ngomongin cowok lain, gue masih keren kan…!” serobot Kai, “eh.. by the way, band kita mau tanpa nama lagi nih…!”
Lady dan Midori angkat bahu, sementara Kuro dan Aka tampak memikirkan sesuatu. “Sexxxxxxyyyyyyyyyy……..‼‼‼‼‼” seru Midori.
“what’s…???‼” refleks Kuro teriak.
“hah.. sorry, gue lihat ini, di majalah drummer gue, ada Yuki, dia.. seksi banget..!” Midori tergagap, dia tak tahu harus berbuat apa karena Lady sudah memelototinya sejak dia berkata ‘Yuki’.
“Yuki..?? mana gue lihat..!” pinta Aka, antusias. Dia pun melihat gambar Yuki yang hanya memakai rompi dan perut sixpeks-nya terlihat, efek minyak melumuri badannya, dan dia berpose hot sekali.
Muka Lady sudah merah, dia tertunduk lesu. Midori merasa bersalah, tapi memang tak mungkin Aka dan Kuro tahu begitu saja. Sementara Aka senyum-senyum sendiri, dia teringat Hyde yang tak lain adalah vokalis dari band-nya Yuki. Lalu Kuro pun melakukan hal yang sama, dia merasa rindu pada bassist band yang drummernya Yuki ini. Kuro, Aka dan Lady, tak tahu perasaan satu sama lain.



Sementara Hyde pun sudah ditunggu ketiga temannya di studio musik. Ketika dia baru membuka pintu, Tetsu refleks berdiri, “gimana..?”
Hyde menampakkan wajah kecewa berat, sedih yang teramat menyiksa, dan penyesalan yang begitu dalam. Tetsu kembali duduk melihat wajah Hyde yang seperti itu, “hah.. dia emang susah sih.. tapi elo jangan segitu sedihnya dong..!!” Tetsu bernasihat.
“kena lo..” Hyde tertawa dan mengejutkan Tetsu, Ken dan Yuki, “dia terima gue lagi.. sekarang tinggal pendekatan lebih jauh.. karena gue, gak mau cinta ini hilang gitu aja..!” tutur Hyde.
Akhirnya mereka berempat pun begitu gembira. Latihan hari ini juga dibuat happy, walaupun mereka tahu, Ken belum punya pasangan, tapi Ken ikut senang dengan kebahagiaan teman-temannya.
Hyde memaksa Tetsu untuk pulang bersamanya hari ini. Tetsu menurutinya. Hyde ingin tahu masa lalu Aka.
“Tetsu.. lo bilang, lo begitu kenal Aka dulu..? dia gimana sih..?” tanya Hyde.
Tetsu tersenyum, dia bergumam, tampak mengingat-ingat sesuatu, “Aka itu.. dia cewek paling berani yang pernah gue temuin, kalau waktu sekolah dulu, dia selalu jagain gue yang katanya childish, dia juga begitu terobsesinya sama bass, sampai rela berada di sarang penyamun.. waktu itu kita bersahabat bertiga, sama Ari, bassist Fussion.. kita itu tahu satu sama lain, cowoknya dia siapa, ceweknya gue siapa, first kiss-nya siapa, pokoknya gila-gilaan deh.. yang jelas, dia itu berani, gak peduli sama omongan orang, yang penting dia have fun, tapi yang bikin kesel dari dia adalah, selalu berpikir panjang…” tutur Tetsu panjang lebar.
“loh.. bukannya bagus..!?” Hyde heran.
“lo gak tahu sih.. kalau kita mau ngelakuin sesuatu yang ekstrim, sebenernya dia itu suka langsung mau, tapi kalau sesuatu itu berhubungan dengan prinsipnya, susah bangeeet…!! Lo rasain aja nanti.. gue pikir dia gak akan gitu aja nerima elo jadi cowoknya.. mungkin lo harus mikirin berjuta cara buat ngajakin dia kawin entar..!”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar