Pages

And so i play my guitar, I always play my guitar. Karamiau saigetsu wo tadoru tabiji de. Mabuta ni kanjiru yuuitsu no honoo. Natsu no nagori wo utsusu mina no ne. Hanatsu senritsu yo tooku tooku kanawanakutomo ~Loreley~

2010/04/23

[Sexy05] Sexy_3

Pukul 8 pagi, Midori masih terlelap di kasur empuknya terbalut selimut bergambar bunga anggrek bulan. Ponselnya sudah berdering beberapa kali, tapi Midori malah makin membenamkan wajahnya dibalik bantal. Tapi beberapa menit kemudian, dia sudah tak tahan dengan dering ponselnya itu, akhirnya dengan nyawa yang baru terkumpul sedikit, Midori mengangkat ponsel itu.
“halo..” sapanya tanpa membuka mata.
“hei.. Midori.. gue pikir lo mati..!!” seru suara di seberang sana, terdengar suara khas itu adalah milik Lady.
“lo jangan teriak-teriak..!! gue masih ngantuk..!!” Midori mulai akan menutup ponselnya.
“eeh..ehh.. gak bisa.. hari ini lo udah janji mau ikut kita ke bukit.. bukan begitu..??” Lady memaksa.
“gak jadi aja deh.. have fun ya..!!” Midori menutup ponselnya sekaligus me-non-aktif-kan-nya dan kembali tertidur lagi.
Midori melanjutkan mimpinya tentang Ken yang semalam menciumnya. Memang ciuman yang tak disengaja, tapi begitu indah, indah sampai terbawa mimpi. Oh.. cinta ini begitu indah. Akankah nanti ada saatnya dia dan Ken dapat bersama ? semoga saja ada.
Pintu kamar Midori diketuk dengan keras. Midori kaget dan membuka matanya. Dia melihat jam dinding dan disana menunjukkan pukul 9.30. pintu masih diketuk.
“iya..iya..” Midori beranjak dan membukakan pintu itu, paling juga pembantunya. Tapi Midori begitu kaget karena yang mengetuk pintu itu, ibunya, “mama.. kenapa..??”
Ibunya Midori melipat tangannya di dada, matanya tajam menatap Midori, sampai Midori kaget dibuatnya, “kenapa baru bangun..??”
“apaan sih ma..??! emang kenapa..??” tanya Midori begitu heran dengan kelakuan mamanya.
Mamanya berubah dari raut marah menjadi raut cemas lalu mendorong Midori ke dalam kamar dan menutup pintu, “eh.. kamu gak ngomong kalo punya temen artis, tuh di depan ada yang nyari kamu, yang dulu sering banget di acara gosip, yang main band itu.. siapa sih..??”
“siapa ma..?? aku gak tahu ah..”
“eh.. cepet, kamu mandi sana, dia udah nungguin di bawah, kalo gak salah namanya Ken..”
“hah…!!!”

š›œ

Paginya, di studio Ciel Lady bolak-balik di depan Yuki sambil memegangi ponselnya, “Midori gak biasanya males kayak begini.. mana langsung ditutup lagi..! pasti semalem mereka berantem lagi..!” ujar Lady begitu cemas.
“Ken juga gak bilang apa-apa soal semalem.. udahlah, lain kali aja kenapa..” Yuki mencoba menenangkan.
“kalo gini rencana kita bisa gagal lagi..”
“rencana apaan..??” tiba-tiba Ken membuka pintu dan langsung bicara tentang yang didengarnya.
“eh elo Ken..” sapa Yuki, “..ngomong-ngomong semalem lo gak kenapa-napa..??”
“kenapa-kenapa apa..??” Ken heran.
“elo.. sama Midori..”
“sama Midori apa..?? kenapa lo pengen tahu..?” Ken berkata dengan mata yang tajam dan membuat Yuki seram.
“engg..gak jadi dehh..” Yuki berhenti bertanya, dia jadi serba salah dengan Ken, “eh.. elo mau ikut kita atau nyusul pake mobil sendiri..??” Yuki berusaha menetralkan lagi suasana.
Sebelum Ken menjawab, terdengar Lady berbicara keras, “Midori… gue pikir lo mati…!! ---- ehh..ehh.. gak bisa hari ini lo udah janji mau ikut kita ke bukit.. bukan begitu..?? ---- hah, gak jadi..!! gimana sih lo.. halo..halo… heh, makasih udah dimatiin..!!!”
“gimana Midori…??” tanya Yuki.
“gak tahu, dia bilang masih ngantuk, gak ngerti ah.. terus, rumahnya kan jauh, kalo nunggu dia sampe kemari bisa lama banget.. so, mungkin gak usah sama Midori..” ujar Lady.
“gue nyusul aja deh.. itu pun kalo gue lagi mood..” tiba-tiba Ken memotong.
Lady dan Yuki malah menatap Ken dalam-dalam, “elo berantem lagi ya..??” tanya Lady takut-takut.
Ken terdiam beberapa saat, “udahlah.. kalian pergi aja, nanti telat..” kata Ken malah mengalihkan pembicaraan.
Lady dan Yuki akhirnya mengerti, mereka pun agak kecewa dan mulai putus asa untuk membantu Ken dan Midori, hingga akhirnya mereka pun pergi, tidak berharap lagi Ken dan Midori akan datang.
Sementara itu Ken menunggu beberapa saat untuk memastikan bahwa Yuki dan Lady telah pergi jauh. Hingga saat itu, Ken lalu mulai membenahi dirinya dan membawa mobilnya pergi ke tempat yang dia kunjungi semalam. Entah apa yang terjadi, dia pun tak mengerti, dia bukan seorang dengan ingatan yang tajam, apalagi jalan yang dilalui semalam itu hampir gelap, tapi ternyata dia bisa juga menemukan rumah besar ini.
Ken masuk ke gerbang yang terbuka dan mengetuk pintu besar warna coklat. Seseorang membukakan pintu, “cari siapa..?”
“maaf.. saya mencari Midori, apa benar ini rumahnya..??” Ken berbasa-basi karena dia baru pertama kali bertamu ke rumah ini.
Ibu itu tampak seperti ibu rumah tangga berumur 45 tahun keatas, putih bersih dengan pakaian bunga-bunga yang elegan pas dengan tatanan rambut ibu-ibu masa kini. Ken mulai fokus pada ibu di depannya ini, karena ibu itu pun tampak fokus memperhatikan Ken dengan seksama dari ujung rambut sampai ujung kaki memakai warna hitam, hanya resleting jaketnya saja yang berwarna putih., “kok saya merasa pernah lihat, tapi dimana ya..??” katanya.
Wow.. nih ibu pasti penggemar infotaintment.. Ken membatin, lalu mengulurkan tangannya, “saya Ken..” dia memperkenalkan diri.
“oh.. Ken.. iya,iya.. masuk dulu, ibu panggilkan Midori..” Ken pun masuk, “..saya ibunya Midori..! baru kenal Midori..??”
“iya.. saya baru kenal beberapa hari dengan dia..!”
Ibunya Midori tersenyum, senyumannya mirip sekali dengan senyuman Midori, yang baru dilihatnya tadi malam. Ken pun duduk dan menunggu ibunya Midori memanggilnya di lantai atas. Ken pun melihat sekeliling. Rumah typical papa-mama kita yang menikah tahun 70-an. Sofa antik dengan aksen kayu, lukisan di sudut-sudut tembok, patung harimau (??), tangga berlapis warna emas, dan lemari boneka dari kayu jati. Ternyata Midori itu cewek tajir juga, pikir Ken.
Tak beberapa lama, ibunya Midori kembali lagi dan menyuruh salah seorang pembantu untuk membuatkan minum untuk Ken lalu duduk di depan Ken, “memang bener kan.. saya tuh gak salah lihat, kamu itu yang main gitar itu kan..?? apa itu nama band-nya..??”
“Ciel.. tante, tante ternyata sering nonton tv juga..” canda Ken sampai membuat ibunya Midori tertawa.
“oh iya, hampir setiap hari.. soalnya tante gak ada kerjaan, Cuma jadi ibu rumah tangga..” jawab ibunya Midori, “ngomong-ngomong, Ken kenal Midori dari mana..??”
“euh.. saya kenal dari Lady.. Lady itu pacarnya drummer saya..! tante pasti kenal Lady…!” ujar Ken.
“oh ya, Lady… Lady sudah tante anggap seperti anak sendiri, dia itu seperti adik buat Midori..”
Beberapa menit mereka mengobrol lagi, akhirnya Midori turun dari lantai atas dan tersenyum pada Ken. Ibunya Midori meninggalkan mereka berdua.
“ada apa kesini pagi-pagi..??” tanya Midori sambil tersenyum.
“emh.. jemput elo..” kata Ken singkat.
Midori mengernyitkan dahinya, “jemput gue..?? kemana..??”
“ke bukit.. bukannya kita ada acara disana.. kan ?” Ken terbata.
Midori malah terdiam, tak mengerti dengan sikap Ken, “lo disuruh Lady..?”
“enggak.. eh, tapi kalo lo gak mau pergi juga gak apa-apa kok.. gue..”
“kita pergi..!!” seru Midori memotong pembicaraan Ken.
Midori membatin, apa yang gue bilang.. kelihatan banget gue ngarep.. God damned..!! “gue.. siap-siap dulu..” lanjutnya.
Ken hanya mengangguk, padahal setelah Midori berlalu dari hadapannya, dia tersenyum penuh kemenangan dan terus saja tersenyum sendirian seperti orang gila sampai Midori kembali lagi. Tampak anggun dengan selendang putih yang terbelit di lehernya.
Akhirnya mereka berdua pun pergi ke bukit, yang mereka sendiri pun tak tahu ada acara apakah disana. Agak aneh juga sih, setelah mereka tahu bahwa ada satu ‘hubungan kebetulan’ antara mereka dan pacarnya masing-masing, mereka sering sekali berkumpul bareng.

š›œ

Sementara itu sesampainya di bukit yang dimaksud, Lady dan Yuki segera bergegas menemui keempat temannya yang lain. Dan terkejutlah mereka, ketika Hyde, Tetsu, Aka, dan Kuro sudah hampir selesai menyiapkan acara kejutan untuk pasangan baru.
“hei.. ngapain nih..??” tanya Lady cemas.
“eh kalian udah dateng..!” sapa Hyde dengan gembira, “ini buat Ken ama Midori..”
“udahlah.. tulisan itu dicopot aja..” Lady menunjuk spanduk bertuliskan ‘Wish You Happy Forever, Ken & Midori’, “.. Midori gak akan dateng, terus kalo Ken dateng dia bisa marah-marah..!”
“emang semalem kenapa..??” tanya Aka polos.
“no doubt.. semalem mereka berantem lagi, buktinya, Midori dingin banget waktu gue ajak, terus, Ken malah marah-marah tadi pagi.. iya kan..??” kata Lady dia meminta persetujuan Yuki, dan Yuki pun mengangguk.
“tapi, bunga-bunganya nanggung nih.. balonnya juga..” Hyde menyayangkan sambil mencopot spanduk tadi.
“ya udahlah, gak apa-apa..” kata Tetsu, karena dia yang mendekor tempat outdoor ini begitu indah dengan modal rumput yang hijau dia menghias tiang-tiang dengan bunga warna putih, karena sebenarnya, dia sendiri menyewa fotografer untuk mengabadikan kedekatan mereka, dan untuk mengabadikan hal terbesar yang akan dia lakukan hari ini, “tapi sayang ya.. Midori gak dateng.. sia-sia gak sih fotografer yang gue bawa..?”
Setelah Tetsu berkata seperti itu, dia melihat dua orang dengan dresscode hitam putih berjalan dari jauh, satu lelaki dan satu lagi perempuan. Yang lainnya juga malah ikutan Tetsu melihat ke arah dua orang itu, kecuali Hyde, dia sedang sibuk melipat spanduk-spanduk. Makin dekat mereka berjalan, mereka makin yakin bahwa yang berjalan itu adalah Ken dan Midori.
“eh gue mimpi atau enggak sih..??” tanya Lady tak berpaling dari pandangannya.
Apalagi ketika Ken dan Midori bergenggaman tangan dan tersenyum pada mereka. Mereka bukannya balas tersenyum, malah bertambah heran. Semua orang menatap Lady. Lady malah salah tingkah, tapi dia juga memang tak menyangka kejadiannya akan seperti ini.
“hai.. pagi..!!” sapa Midori, melepaskan genggaman Ken untuk melambai pada teman-temannya.
Hanya Hyde yang membalas, “pagi…” Hyde berbalik dan menatap arah suara itu, dan dia pun terkejut setengah mati, sampai menjatuhkan spanduk yang digenggamnya.
“kenapa..?? kaget..??” tanya Midori.
“kaget kayak gini udah biasa dong buat kalian..” ujar Ken sambil tersenyum puas.
“kalian jadi… jadian..??” tanya Aka dengan terbata.
“heh.. apa..? serigala, harimau, atau macan tutul..??” canda Midori.
“serigala bagus kali, namanya Werewolf.. serigala ‘jadi-jadian’” timpal Ken, lalu mereka berdua tertawa.
Aka menghela nafasnya, dan berusaha mencerna yang terjadi ini adalah kenyataan, “oke.. fine.. it’s cool, right..? gue gak ngomong lagi..!”
Semuanya terdiam dan melanjutkan kesibukannya masing-masing. Midori dan Ken tersenyum, “kalian pada ngapain sih.. emang acaranya apaan..??” tanya Ken.
“guys.. kita ke sebelah sana..!” ajak Tetsu menunjuk satu gerbang kecil ditengah semak-semak.
Dibalik semak-semak itu telah didesain seperti diluar tadi dan di tengah-tengah rumput, ada dua buah sofa putih besar dimana sedang dirapikan oleh 3 orang. Mereka adalah fotografer yang dibawa Tetsu.
“Ken..!!” Tetsu memanggil Ken dengan berbisik, Ken mendekatkan telinga kepadanya, “today I’m gonna make some surprise once in my life..”
Ken mengernyitkan dahinya, “kayak apaan..??”
Tetsu mengambil sesuatu dari saku jasnya. Sementara yang lain sudah merapikan posisi, Tetsu memperlihatkan sesuatu itu pada Ken. Sebuah kotak merah kecil dan didalamnya ada sebuah cincin berlian dengan jamrud hitam ditengahnya, tampak begitu elegan.
“gue pengen elo sama Hyde bawain satu lagu romantis, dan ketika itu, gue akan ngelamar Kuro…” kata Tetsu dengan senyum lebar.
Ken malah terdiam beberapa saat, bolak-balik melihat Tetsu dan cincin berlian itu, “serius…???!!”
Tetsu tertawa, “gue serius… gue udah pacaran sama dia ampir setahun, dan dalam kurun waktu itu, gak ada lagi yang bisa lebih baik dari dia…”
Tapi Tetsu agak menerawang di kalimat terakhirnya, memikirkan sesuatu yang selalu menjadi dillema, akankah hal itu menjadi halangan baginya untuk mendapatkan cinta sejati yang besar dari Kuro ? akankah hal itu terus menjadi bayangan semu yang nyata tapi tak berbalas ada ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar